Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan bahwa kondisi pemadaman listrik yang terjadi beberapa waktu lalu merupakan kejadian langka yang sulit diprediksi.
Dia mengatakan pemadaman listrik hingga seluruh Jawa dan terjadi dalam waktu yang lama membuat para operator kesulitan, khususnya dalam menyediakan daya cadangan.
"Matinya satu Jawa soalnya, ini kejadian di luar dari biasanya karena mati semua gardu bukan cuma satu," kata Ian kepada Bisnis, Kamis (15//8/2019).
Ian menilai untuk mengantisipasi kejadian serupa, operator seluler perlu membangun pusat server yang berjauhan, lebih baik lagi jika berbeda pulau.
Dia mengatakan jika langkah tersebut dilakukan saat terjadi pemadaman, operator memiliki daya cadangan untuk mendukung operasional mereka.
"Kalau redundantnya seperti untuk pusat data, seharusnya tidak hanya di Jawa. Oni agak susah geografis, mungkin kalau Ibu Kota pindah, satu Jakarta, satu lagi Kalimantan itu malah bagus," kata Ian.
Sebelumnya, Opensignal, perusahaan swasta yang mengkhususkan diri dalam pemetaan cakupan nirkabel, melaporkan bahwa pemadaman listrik yang terjadi pada 4 Agustus lalu berdampak pada jaringan seluruh operator di Indonesia.
Indosat dan 3 Indonesia menjadi operator yang paling terdampak. Jaringan keduanya terganggu secara nasional. Meski demikian dibandingkan Indosat, 3 Indonesia mampu memulihkan jaringan mereka lebih cepat.
Adapun Telkomsel, XL Axiata, dan Smartfren hanya padam secara gradual atau pada titik-titik tertentu.
Dilaporkan juga bahwa para pengguna Indosat dan 3 Indonesia mengalami penurunan ketersediaan 4G secara dramatis hingga di bawah 20% pada waktu awal pemadaman listrik.