Dari beberapa jenis transportasi publik yang ada di Jabodetabek, Edi menuturkan bahwa Kereta Listrik Commuter Line memang masih menjadi transportasi publik yang paling diminati oleh masyarakat.
KRL Commuter Line bisa dikatakan sebagai backbone dari transportasi publik di Jabodetabek. Hingga saat ini, jumlah penumpang KRL Commuter Line mencapai rata-rata 1,1 juta per hari.
Jumlah tersebut yang terbesar jika dibandingkan dengan transportasi publik lainnya seperti Transjakarta yang mencapai 773.816 penumpang per hari, MRT Jakarta 82.000 penumpang per hari, dan LRT Jakarta 6.760 penumpang per hari.
Meskipun demikian, dia menyatakan bahwa untuk mencapai target sebesar 60 persen tidak bisa hanya mengandalkan peningkatan kapasitas pengguna dari KRL. Apalagi, untuk pengembangan dan pembangunan sarana KRL juga membutuhkan investasi yang besar.
“Saya kira masalah utama kita itu pada keterbatasan anggaran. Untuk mencapai kapasitas itu juga butuh pembangunan, sedangkan membangun itu butuh dana, dan saat ini skema pendanaan kerjasama pemerintah badan usaha (KPBU) pun susah juga,” jelasnya.
Menurutnya, hingga saat ini belum ada swasta murni yang menggunakan skema KPBU untuk mendorong penggunaan transportasi umum. Sebagian besar dukungan saat ini didapatkan dari BUMN. Itu pun dilakukan atas instruksi dan bantuan dari pemerintah.
Meski dihadapkan pada berbagai tantangan untuk bisa mewujudkan target pengguna transportasi publik sebesar 60 persen, dia mengaku tidak akan menyerah begitu saja. Sejumlah upaya sudah disiapkan untuk mendongkrak target itu, baik yang sedang berjalan maupun yang akan dilakukan dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Dengan upaya pengembangan yang dilakukan, Edi optimistis jumlah pengguna transportasi publik ke depannya terus meningkat.
Untuk MRT, dia menargetkan bisa mengangkut sekitar 80.000 penumpang per hari, LRT Jabodetabek sekitar 70.000 penumpang per hari, LRT Jakarta sekitar 15.000 penumpang per hari, dan Transjakarta bisa sekitar 800,000 penumpang per hari.
“Belum lagi tambahan dari Transjabodetabek, JRC & JAC, Commuter Line, Jakarta Elevated Loopline, dan Cikarang Bekasi Laut (CBL). Kami juga akan bangun sekitar 11 transit oriented development (TOD),” imbuhnya.
Pihaknya pun juga berharap dukungan penuh dari masyarakat maupun kepala daerah, agar sejumlah program pembatasan kendaraan pribadi yang sedang dikerjakan pemerintah dapat berhasil dan tidak dijadikan polemik, seperti misalnya pembatasan ganjil genap.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Iskandar Abubakar menyatakan, target 60 persen pengguna transportasi publik di Jabodetabek pada 2029 memang menjadi target yang sulit untuk diwujudkan.
BPTJ selaku pihak yang diberi kepercayaan untuk memastikan target tersebut bisa terwujud dianggap memikul beban yang sangat berat. Oleh sebab itu, dia mendorong agar seluruh pihak terkait baik kepala daerah, operator, swasta, maupun masyarakat bisa saling mendukung dan bekerja sama untuk mewujudkan target tersebut.