Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Demi Pasar CPO Indonesia, Presiden Jokowi Janji Awasi Langsung Implementasi Mandatori Biodiesel

Pemerintah harus sadar bahwa kondisi industri minyak sawit (crude palm oil/CPO) tertekan oleh permintaan dunia.
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin rapat kabinet terbatas membahas evaluasi pelaksanaan mandatori biodiesel di Kantor Presiden, Jakarta. Antara/Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin rapat kabinet terbatas membahas evaluasi pelaksanaan mandatori biodiesel di Kantor Presiden, Jakarta. Antara/Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo menyatakan akan memantau langsung penerapan kebijakan pencampuran minya sawit ke ke bahan bakar minyak (BBM) atau kebijakan biodiesel.

Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (12/8/2019) dalam rapat terbatas membahas evaluasi mandatori pelaksanaan penggunaan biodiesel yang dihadiri oleh sejumlah menteri Kabinet Kerja.

"Saya enggak tahu apakah saya gunakan BPKP [Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan] atau bisa juga saya gunakan PwC (PricewaterhouseCoopers) atau lembaga yang lain untuk memastikan bahwa ini betul-betul berjalan," ujarnya, Senin (12/8/2019).

Jokowi menyatakan pemerintah harus sadar bahwa kondisi industri minyak sawit (crude palm oil/CPO) tertekan oleh permintaan dunia.

Dengan demikian, komitmen dan keinginan pemerintah harus sama bahwa pasar domestik bisa mengatasi masalah tersebut.

Jokowi menyatakan B20 akan menciptakan permintaan domestik terhadap CPO. Besarnya permintaan itu akan menimbulkan efek berganda terhadap petani, pekebun dan pekerja di industri kelapa sawit.

“Saya juga ingin agar B20 ini nanti pada Januari 2020 ini sudah pindah ke B30. Dan selanjutnya nanti di akhir 2020 sudah meloncat lagi ke B50,” kata mantan pengusaha mebel ini.

Jokowi menyatakan tekanan terhadap kelapa sawit perlu diantisipasi dari dalam negeri sehingga Indonesia memiliki posisi tawar yang baik terhadap Uni Eropa atau negara-negara lain yang mencoba untuk membuat posisi tawar Indonesia lemah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper