Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serapan Rendah, Utilitas Industri Kabel Menurun

Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) menyatakan realisasi serapan kabel listrik pada semester I/2019 turun 30%-50% secara tahunan.
Pekerja menarik gulungan kabel listrik PLN./Antara-Nova Wahyudi
Pekerja menarik gulungan kabel listrik PLN./Antara-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) menyatakan realisasi serapan kabel listrik pada semester I/2019 turun 30%-50% secara tahunan. Asosiasi menilai hal tersebut disebabkan oleh molornya kontrak harga satuan ke pertengahan kuartal III/2019.

Ketua Umum Apkabel Noval Jamalullail mengatakan penurunan konsumsi tersebut membuat utilisasi pabrikan turun ke level 70%-75%. Adapun, utilisasi pabrik kabel listrik pada periode yang sama tahun lalu mencapai 90%.

“Makanya di semester II/2019 okupansinya bisa 90%-95%, tetapi total satu tahun okupansinya 70% disebabkan di semester I/2019 ada kekosongan order,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (31/7/2019).

Dia memperkirakan utilitas pabrikan kabel listrik pada semester II/2019 akan meningkat 25% per bulan secara tahunan. Adapun secara rata-rata utilitas industri kabel listrik pada semester II/2019 diperkirakan akan naik 20%.

Noval mengatakan PLN mendominasi serapan industri kabel listrik sekitar 70%-80% yang digunakan untuk transmisi dan distribusi energi dari pembangkit listrik. Adapun sebanyak 20%-30% produksi industri dialokasikan untuk sektor swasta.

Industri kabel listrik lokal memiliki kapasitas produksi kabel transmisi listrik bawah tanah berkapasitas 50 kv-150 kv sepanjang 3.420 km per tahun. Adapun, permintaan kabel listrik layang berkapasitas 150 kv-500 kv untuk mentransmisikan daya dari pembangkit listrik ke gardu mencapai sekitar 64.400 km pada tahun ini.

Noval mengatakan nilai kontrak harga satuan untuk 1 tahun ke depan adalah Rp5,5 triliun. Namun, Noval memproyeksikan serapan kabel pada satu tahun ke depan akan sama dengan kebutuhan selama 15 bulan lantaran produksi kabel telah berhenti pada awal kuartal II/2019.

Noval menuturkan seharusnya kontrak harga satuan tahun ini diperbaharui pada akhir tahun lalu. Akan tetapi, kontrak tersebut diubah sehingga kegiatan produksi terhenti pada akhir kuartal I/2019 dan proses distribusi rampung pada awal kuartal II/2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper