Bisnis.com, JAKARTA -- Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia peningkatan inflasi inti tahunan pada Juni belum bisa diartikan sebagai peningkatan permintaan rumah tangga.
Dalam laporam makroekonomi LPEM FEB UI Juli 2019, LPEM FEB UI menilai peningkatan inflasi inti tahunan dalam beberapa bulan belakangan hanya mencerminkan pola musiman.
"Oleh sebab itu, sinyal ini jangan disalahartikan sebagai peningkatan permintaan rumah tangga," tulisnya dikutip dalam Laporan LPEM FEB terbaru, Kamis (18/7/2019).
Sebelumnya BPS mencatat Inflasi inti tahunan secara mengejutkan meningkat menjadi 3,25% pada Juni, tertinggi sejak April 2017.
Sementara itu, secara bulanan, inflasi inti tercatat sebesar 0,38%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,27%.
Adapun secara keseluruhan, tingkat inflasi Juni sedikit mengalami penurunan menjadi 3,28% (y-o-y) dari 3,32% pada Mei. Hal ini mengindikasikan tren ekspektasi inflasi mengalami stabilisasi dalam jangka menengah.
Adapun inflasi makanan yang bergejolak menetap pada angka 1,70% (m-t-m), turun dari inflasi bulan sebelumnya, 2,18% (m-t-m).
"Penurunan angka ini disebabkan oleh deflasi pada harga bawang putih, daging ayam, dan telur."
Deflasi yang terjadi disebabkan oleh faktor musiman peningkatan harga makanan selama Ramadan dan Idulfitri.
Di sisi lain, intervensi pemerintah terhadap harga tiket pesawat berkontribusi terhadap deflasi pada harga yang diatur pemerintah sebesar -0,09% (m-t-m), menurun signifikan dibandingkan dengan inflasi Mei sebesar 0,48% (m-t-m). Inflasi umum bulanan turun dari 0,68% ke 0,55% dari Mei ke Juni.