Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tengah mengkaji pembangunan pabrik air tua atau bittern sisa dari pengolahan garam sebagai bagian dari upaya memangkas kebutuhan impor bahan kimia berbasis komoditas tersebut.
Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Eniya Listiani Dewi mengatakan rencananya lokasi pabrik bittern yang diharapkan mulai direalisasikan pada 2020 itu akan disandingkan dengan pabrik garam industri di lahan PT Garam di Gresik, Jawa Timur.
“Biaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan pabrik bittern ini mencapai Rp30 miliar,” kata Eniya, baru-baru ini.
Namun, dia belum bisa menjelaskan lebih detail terkait dengan jumlah atau volume produk yang akan dihasilkan.
Pabrik ini akan memanfaatkan bittern atau air tua yang tidak terpakai dari proses pembuatan garam. Air tua ini kemudian akan diolah menjadi sejumlah produk kimia seperti MgOH (bahan baku obat), MgO (aditif), dan BaSO4 (bahan farmasi) yang selama ini diperoleh dari pengolahan garam impor.
Dengan pemanfaatan air tua yang menghasilkan langsung produk-produk berupa bahan baku pembuatan obat maupun produk lainya ini, diharapkan juga bisa ikut memotong kebutuhan impor garam Indonesia yang tahun ini disepakati sebesar 2,724 juta ton dengan potensi permintaan tambahan mencapai 400.000 ton.
Baca Juga
Di samping itu, keberadaan pabrik bittern yang mengolah air tua garam ini juga diharapkan bisa menghasilkan sejumlah produk sampingan lainnya seperti minuman isotonik, pengembangan perikanan budi daya, hingga algae (rumput laut).