Bisnis.com, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Singapura menjadi 2 persen hingga akhir tahun 2019 karena ketegangan perdagangan global mengurangi permintaan ekspor.
Dilansir Bloomberg, IMF mengatakan pertumbuhan ekonomi Singapura mungkin akan stabil dalam "jangka menengah" sekitar 2,5 persen. Pada bulan Mei, IMF memperkirakan pertumbuhan 2,3 persen hingga akhir tahun 2019, turun dari 3,2 persen pada tahun 2018.
Dewan Direktur IMF mendukung "sikap kebijakan moneter yang netral secara luas dan merekomendasikannya agar tetap dergantung pada data ekonomi.
IMF menyatakan, jika risiko penurunan terjadi, kebijakan fiskal harus menjadi garis pertahanan pertama pemerintah Singapura.
“Sistem keuangan Singapura tangguh, didukung oleh kerangka peraturan dan pengawasan yang kuat," ungkap IMF, seperti dikutip Bloomberg.
IMF menambahkan bahwa stress test likuiditas mengungkapkan kerentanan dalam likuiditas dolar AS dan direksi IMF mendorong pemberian prioritas untuk memperkuat likuiditas valuta asing bank.
IMF memuji langkah Singapura yang menggunakan langkah-langkah makroprudensial dan lainnya di pasar properti, dan menyarankan penghilangan diferensiasi berbasis residensi untuk Bea Materai Pembeli Tambahan, dan kemudian menghapus langkah tersebut begitu risiko sistemik menghilang.
Dalam pernyataan terpisah, Otoritas Moneter Singapura mengatakan sedang meninjau rekomendasi IMF dan akan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperkuat pengawasan keuangan.