Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Impor Turun, Setoran PPN Hadapi Tantangan Berat

Setoran  Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diprediksi terus mengalami tekanan seiring dengan tren penurunan kinerja impor sampai dengan Juni 2019 yang diakibatkan oleh ketidakpastian global dan makin besarnya pengaruh kebijakan pengendalian impor.
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (9/4)./Antara-Muhammad Adimaja
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (9/4)./Antara-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Setoran  Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diprediksi terus mengalami tekanan seiring dengan tren penurunan kinerja impor sampai dengan Juni 2019 yang diakibatkan oleh ketidakpastian global dan makin besarnya pengaruh kebijakan pengendalian impor.

Data Kementerian Keuangan menunjukan per Mei 2019, kinerja PPN minus 4,41%. Kinerja PPN yang kurang bergairah ini dipengaruhi oleh penerimaan PPN dalam negeri yang minus 5,27% dan PPN impor yang minus 2,72%. Sementara itu, PPh 22 impor yang tahun lalu tumbuh 30,27% hanya mampu tumbuh 0,61%.

Direktur Potensi Kepatuhan dan Penerimaan Pajak Ditjen Pajak Yon Arsal menjelaskan, seiring dengan pelambatan impor tersebut, penerimaan Juni pun tak akan jauh berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya.

Apalagi secara naluriah, jika pertumbuhan impor dan neraca dagang yang secara umum mengalami pelambatan, penerimaan PPN akan terus mengalami tekanan.

“Bulan Juni, PPN masih mengalami tekanan terutama karena impornya juga tertekan,” ungkap Yon kepada Bisnis.com, Senin (15/7/2019).

Yon juga mengungkapkan dengan berpijak pada situasi tersebut, upaya untuk membangkitkan penerimaan PPN praktis mengalami tantangan yang besar. Hal ini juga diproyeksikan secara otomatis pencapaian target 2019 akan terdampak oleh merosotnya kinerja PPN tersebut.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai impor kumulatif Januari–Juni 2019 adalah US$82,2 miliar turun 7,63% atau
US$6,7 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan terjadi pada impor migas dan nonmigas masing-masing US$3,1 miliar (22,55%) dan US$3,6 miliar (4,83%). Lebih lanjut penurunan impor migas disebabkan oleh turunnya impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah US$1,8 miliar (41,49%), hasil minyak US$1,19 miliar (14,75%), dan gas US$79,6 juta (5,68 %).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper