Bisnis.com, JAKARTA -- Pesta diskon masih menjadi strategi paling ampuh bagi para peritel modern dan pengelola pusat perbelanjaan untuk mendongkrak penjualannya, terutama di tengah tren lesunya penjualan di sektor tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengakui, adanya kecenderungan lesunya penjualan di sektor riteldalam beberapa tahun ini. Untuk itu, sejumlah terobosan dalam hal strategi penjualan dilakukan oleh para peritel agar dapat mendongkrak pendapatan para pelaku di sektor tersebut.
“Pesta diskon masih menjadi strategi paling ampuh untuk mendongkrak penjualan. Sebab, pesta diskon harus diakui menjadi magnet tersendiri bagi konsumen untuk berkunjung dan berbelanja. Di samping kepandaian masing-masing pelaku usaha dalam mengemas produk atau gerainya agar selalu menarik bagi konsumen,” jelasnya, Kamis (11/7/2019).
Hal itu, lanjutnya, mendorong Aprindo untuk ikut serta dengan sejumlah asosiasi lain seperti Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menggelar pesta diskon secara nasional berupa Indonesia Great Sale (IGS) 2019. Adapun IGSmerupakan pergelaran pesta diskon skala nasional yang pertama kali digelar sepanjang sejarah di Indonesia.
Dia menambahkan, selama ini ritel segmen fesyenserta makanan dan minuman (mamin) masih menjadi yang paling efektif meraih peningkatan penjualan saat pesta diskon digelar. Hal itu berkorelasi langsung dengan keikutsertaan pesta diskon yang masih didominasi oleh segmen mamin dan fesyen.
“Di beberapa pesta diskon yang digelar secara terpisah di masing-masing daerah, pengusaha dari segmen ritel dan fesyen mendominasi kepesertaandengan mencapai 55% dari total peserta yang ada. Di segmen tersebut 105-20% penjualan dalam setahun biasanya disumbangkan oleh pesta diskon” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum APPBI Stefanus Ridwanmengatakan, pesta diskon biasanya dilakukan oleh para pengelola pusat perbelanjaan dan pemilik tenanminimal 4 kali dalam setahun. Dia mengatakan, 30% dari kunjungan dan pendapatan pemilik tenan di pusat perbelanjaan disumbangkan dari pesta diskon, tiap tahunnya.
“Fakta itu yang membuat kami APPBI menggelar pesta diskon skala nasional yakni IGS 2019 yang akan diikuti 321 pusat perbelanjaan di Indonesia. Sebab kami melihat pesta diskon sangat ampuh untuk mendongkrak penjualan dan kunjungan ke pusat perbelanjaan,” jelasnya.
Stefanus melanjutkan, pesta diskon juga menjadi strategi untuk mengenalkan dan mempromosikanwahana atau layanan baru yang dimiliki oleh periteldan tenan penyewa pusat perbelanjaan.
Adapun, dalam IGS 2019 yang dilaksanakan pada 14--25 Agustus 2019, dia menargetkan kunjungan dan penjualan tenan-tenan di pusat perbelanjaan akan naik 20% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Dia menambahkan, penempatan waktu pelaksanaan IGS 2019 pada Agustus tak lepas dari strategi para pengelola pusat perbelanjaan dan peritel untuk melaksanakan pesta diskon berkala tiap kuartaldalam setahun.
Menurut Stefanus, pesta diskon pada kuartal I biasanya dilakukan pada periode perayaan Imlek, sementara itu pada kuartal II pesta diskon dilakukan pada periode Ramadan dan Lebaran. Selanjutnya, pada kuartal IV dilaksanakan dengan menggelar Wonderful Indonesia Culinary & Shopping Festival dan pesta diskon Natal dan Tahun Baru.
“Kalau untuk strategi menghindari rugi ketika menggelar pesta diskon berkala, saya pikir tiap tenanatau pengusaha memiliki trik tersendiri. Sebab, keuntungan yang diperoleh dari pesta diskon sejauh ini justru lebih besar dan melampaui pengeluaran dari peritel atau tenan,” ujarnya.
Diamenambahkan dalam IGS tahun ini, besaran diskon yang akan diberikan ke konsumen berada pada kisaran 5%-70%. Menurutnya, IGS akan masuk sebagai agenda pesta diskon yang akan dilakukan tiap tahun.
Sementara itu, Chief Executive Officer Baywalk MallEllen Hidayat mengakui, pelaksanaan IGS merupakan respon para pelaku usaha pengelola pusat perbelanjaan untuk menyediakan strategi peningkatan penjualan bagi para tenannya. Dia meyakini, IGS akan menuai sukses lantaran berkaca pada keberhasilan Jakarta Great Sale yang sudah lebih dahulu digelar secara berkala tiap tahun.
“Kami melihat, selain upaya mandiri dari para tenanuntuk menarik minat berbelanja masyarakat, pengelola mal juga perlu menyediakan strategi tambahan yang bisa mendongkrak tingkat kunjungan. Kalau promosi pesta diskonnya dilakukan secara komprehensif oleh pengelola mal, saya yakin daya tariknya akan lebih kuat dibandingkan jika pesta diskonnya dilakukan oleh masing-masing tenan,” katanya.
Diamengakui, pesta diskon IGS biasanya akan dibarengi oleh strategi serupa dari peritel daring, lantaran pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-74 Indonesia. Namun dia tidak khawatir, hal itu akan mengurangi daya tarik konsumen untuk tetap berbelanja di ritel luring pada saat bersamaan.
“Kami peritel luring memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen yang tidak bisa didapatkan dengan berbelanja daring. Sebab pesta diskon di pusat perbelanjaan akan dilengapi dengan sejumlah acara pendukung yang akan menambah pengalaman berbelanja masyarakat,” jelasnya.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayantimengatakan, pesta diskon secara berkala perlu dilakukan oleh para pengelola pusat perbelanjaan dan ritel luring untuk menjaga kontinuitas kunjungan dan belanja konsumen.
Diamenambahkan, di tengah isu lesunya penjualan di segmen ritel luring, para pengusaha harus lebih kreatif dalam meningkatkan strategi penjualannya.
“Harus diakui pesta diskon masih menjadi daya tarik yang besar bagi konsumen. Namun, para peritel atau pengelola pusat perbelanjaan harus punya strategi lain untuk menjaga tingkat kunjungan konsumen tetap stabil. Agar kenaikan pendapatan tidak hanya terjadi saat pesta diskon saja,” katanya.