Bisnis.com, JAKARTA — Investasi pada industri air minum dalam kemasan (AMDK) rutin dilakukan setiap tahun untuk mengimbangi pertumbuhan kapasitas dan permintaan masyarakat.
Rachmat Hidayat, Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin), mengatakan pelaku industri di sektor ini berjumlah sekitar 700 perusahaan.
Setiap tahun, dipastikan terdapat beberapa perusahaan yang melakukan perluasan usaha, baik membangun pabrik baru atau menambah lini produksi seiring dengan target pertumbuhan setiap tahun.
Pada 2019, penjualan AMDK ditargetkan tumbuh sebesar 10% menjadi sekitar 33 miliar liter, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar 8%--9% dengan volume sekitar 30 miliar liter.
“Selalu ada yang refresh lini produksinya. Kalau kami targetkan pertumbuhan 10%, kapasitas produksi juga tumbuh segitu. Dapat tambahan 3 miliar liter dibandingkan tahun lalu kan berasal dari mesin baru,” katanya di Jakarta belum lama ini.
Beberapa pemain baru juga bermunculan di sektor ini seiring dengan permintaan yang meningkat. Salah satu yang baru masuk adalah OT Group dengan merek Crystalline.
Selain itu, salah satu badan usaha milik negara (BUMN), PT Indra Karya (Persero), juga menyasar industri AMDK dengan membangun pabrik di Surabaya dan menggandeng PT Pelindo Energi Logistik dan Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER).
Pada awal tahun ini, salah satu produsen AMDK yang berbasis di Jawa Timur, PT Sariguna Primatirta Tbk. mengakuisisi merek Super O2 serta membeli aset produksi air minum dari PT Triusaha Mitraraharja (Tudung Group).
Aset produksi air minum yang diakuisisi berupa mesin dan peralatan serta aset terkait lainnya dengan kapasitas 20 juta liter air minum per tahun.