Bisnis.com, JAKARTA– Besarnya ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak membuat ekonomi Indonesia sangat rentan terhadap gejolak global.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah mengatakan besarnya ketergantungan Indonesia atas faktor eksternal dalam hal RAPBN 2020 disebabkan oleh ketergantungan Indonesia atas impor minyak.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada 24 Juni 2019, impor hasil minyak pada Mei 2019 mencapai 1,83 juta ton ditambah minyak mentah sebesar 1,19 juta ton. Ekspor minyak mentah Indonesia sendiri hanya mencapai 318.000 ton.
Neraca perdagangan dari sektor migas pun mengalami defisit sebesar US$0,98 miliar.
"Ketika harga minyak naik dan harga bergejolak maka kita bergantung dengan itu," kata Rusli, Senin (8/7/2019).
Selain itu, eskpor Indonesia juga masih didominasi oleh barang mentah seperti batu bara dan CPO. Hal ini ditambah lagi dengan tujuan ekspor produk Indonesia yang masih didominasi oleh negara-negara tertentu seperti China dan AS.
Berdasarkan data BPS, dapat dilihat bahwa sejak Januari hingga Mei 2019 China dan AS memang dominan sebagai negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas Indonesia.
China memiliki berperan sebesar 15,13%, sedangkan AS memiliki andil sebesar 11,49% terhadap total ekspor Indonesia.