Bisnis.com, JAKARTA—Percepatan penghiliran sektor mineral kian mendesak agar bisa mendukung peningkatan nilai ekonomi dan mengurangi impor nasional secara optimal.
Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama PT Inalum (Persero) mengatakan mandat mendirikan induk usaha pertambangan salah satunya mengelola cadangan mineral indonesia, termasuk tanah jarang. Menurutnya, meski jumlahnya kecil, tetapi tanah jarang patut diperhitungkan karena memiliki peran strategis.
Menurutnya, dengan berhasilnya upaya penghiliran, setidaknya memberikan dua manfaat, yakni membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memangkas defisit neraca perdagangan.
"Berkaca dari Amerika Serikat, kalau ekspor seluruh produk tambang mentah kontribusi [hanya] 0,6 persen dari GDP-nya mereka. Kalau penghiliran nilai tambah tujuh kali [lebih besar]," katanya, Senin (8/7/2019).
Dia mencontohkan dengan harga jual ekspor bijih nikel nilainya hanya sekitar US$35 per ton. Ketika sudah diproses menjadi feronikel, nilainya melambung jadi US$12.680 per ton.
Dengan asumsi nilai tambah seperti itu, tuturnya, dampak ekonomi dalam negeri akan semakin terasa dengan adanya penghiliran mineral.
Baca Juga
"Untuk nikel di Antam, sudah diproses jadi ferronikel. Sementara dari feronikel ke stainless steel sekarang [masih] proses. Untuk timah sekarang sudah timah jadi tin ingot," katanya.