Bisnis.com, JAKARTA -- Akhir pekan lalu, aktivitas dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng di Tangerang sempat mengalami masalah setelah ratusan awak bus Damri tidak beroperasi selama hampir 1 hari. Kini, aktivitas transportasi dari dan menuju bandara berkapasitas terbesar di Indonesia itu sudah normal kembali.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi mengatakan bahwa ternyata demonstrasi pengemudi Damri Bandara Soekarno-Hatta dipicu tuntutan agar helper (kondektur) lama yang dirumahkan untuk diposisikan di dalam bus kembali.
Oleh karena itu, dia telah menggelar rapat bersama direksi Perum Damri, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), PT Angkasa Pura II dan operator pemadu moda lainnya di Bandara Soekarno-Hatta pada Sabtu (6/7/2019). Dari rapat tersebut, seluruh awak bus Damri yang sebelumnya tidak beroperasi telah aktif kembali pada yang sama pukul 12.00 WIB.
Adapun beberapa solusi mengatasi permasalahan mogoknya pengemudi bus tersebut adalah, pertama, pemerintah mendukung langkah yang dilakukan oleh direksi Damri untuk tetap menjalankan sistem tiket elektronik (e-ticketing) dan memproses secara hukum terhadap oknum pengemudi kepada pihak kepolisian.
Kedua, menempatkan sementara personil di Bandara Soekarno-Hatta untuk memantau perkembangan yang terjadi di lapangan. Ketiga, segera membuat standar operasi dan prosedur (SOP) terkait dengan penanganan darurat ketika terjadi hal-hal serupa insidental di lapangan.
Keempat, melakukan pembinaan untuk mengubah sikap mental dan perilaku pengemudi yang lebih baik.
Baca Juga
“Dalam pertemuan internal antara manajemen Damri dengan pengemudi yang demo telah ditemui beberapa titik temu, yaitu jumlah helper off board akan ditambah, dan untuk rute-rute sibuk akan diberikan helper on board,” katanya dalam siaran pers, Minggu (7/7/2019).
Sebelumnya, Damri menetapkan kebijakan menggeser peran helper dari dalam bus menjadi di luar bus. "Dengan sistem e-ticketing, layanan helper di dalam bus [on board] sudah tidak diperlukan. Namun perlu digarisbawahi bahwa layanan helper tidak pernah dihilangkan," kata Direktur Utama Damri SN Milatia Moemin.
Dia bercerita layanan helper dipindahkan dari dalam bus (on board) ke luar bus (off board), helper disiagakan untuk membantu pelanggan Damri di titik-titik pemberangkatan dan titik-titik kedatangan. Dengan demikian tidak ada pengurangan layanan Damri dengan adanya perpindahan posisi helper.
Di sisi lain, dia mengklaim melakukan pembenahan status helper dari kondisi tanpa ikatan kerja menjadi pegawai dengan status sesuai aturan pemerintah melalui mekanisme kontrak outsourcing karena selama ini mereka direkrut oleh pengemudi.
"Setelah dilakukan tes terhadap sekitar 300 orang helper, hanya 90 orang yang lulus dan bisa langsung bekerja. Namun, mereka mengundurkan diri karena terprovokasi oleh rekan-rekannya yang tidak lulus dan melakukan protes," terangnya.
Selain itu, sistem e-ticketing Damri merupakan kebijakan penting untuk mengendalikan kebocoran pendapatan. Tanpa helper on board, pendapatan Damri meningkat per hari hingga mencapai 40%. Oleh karena itu, posisi helper dilihat tidak lagi diperlukan.
Dalam menghadapi demonstrasi, dia menjelaskan telah dilakukan pendekatan tanpa syarat kepada para pengemudi dan pada pukul 12.00 WIB telah disepakati seluruh armada untuk kembali beroperasi seperti biasa dan mengikuti aturan yang berlaku.