Bisnis.com, JAKARTA — Realisasi ekspor pulp dan kertas selama Januari—Mei 2019 turun 2,48% menjadi US$2,75 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$2,82 miliar, karena terjadi penurunan harga pulp di pasar global.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), nilai ekspor kertas pada periode Januari—April 2019 turun 2,05% menjadi US$1,43 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$1,46 miliar.
Sementara itu, ekspor pulp pada periode Januari—April 2019 turun 0,71% menjadi US$889,03 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sejumlah US$882,71 juta.
Liana Bratasida, Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), menyampaikan bahwa penurunan nilai ekspor pulp dan kertas disebabkan oleh fluktuasi harga pulp yang mengikuti pergerakan harga di pasar global.
“Harga pulp pada Januari—April 2018 sekitar US$666,84 per ton, sedangkan pada periode yang sama tahun ini harga pulp ada di sekitar US$579,37 per ton,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (1/7/2019).
Dia menjelaskan, harga kertas pada periode Januari—April 2019 juga mengalami penurunan menjadi US$824,27 per ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya US$894,43 per ton.
Kendati nilai ekspor pulp turun, Liana menuturkan, volume ekspor pulp pada Januari—April 2019 mengalami peningkatan sebesar 12,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan data APKI, volume ekspor pulp pada Januari—April 2019 sebesar 1,52 juta ton atau naik 15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 1,33 juta ton.
Sama seperti pertumbuhan volume ekspor pulp, pada periode Januari—April 2019, volume ekspor kertas Indonesia mengalami peningkatan sekitar 110.000 ton atau sebesar 6,75% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Pada periode Januari—April 2019, volume ekspor kertas Indonesia mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1,74 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,63 juta ton,” ujar Liana.
Tujuan utama ekspor produk kertas Indonesia adalah China, Jepang, Malaysia, India, dan Amerika Serikat. Kemudian, tujuan ekspor utama pulp Indonesia adalah China, Korea Selatan, India, Bangladesh, dan Jepang.
Liana menuturkan bahwa peningkatan volume ekspor pulp dan kertas Indonesia disebabkan oleh pertumbuhan produksi pulp dan kertas setiap tahun. Industri pulp dan kertas terus meningkatkan kapasitas produksi komoditas tersebut.
Dia menjelaskan, target pembangunan hutan tanaman industri (HTI) untuk pulp dan serpih kayu periode 2019—2020 sekitar 3 juta hektare dengan target produksi kayu HTI mencapai 10,8 juta ton kayu. Target tersebut dianggap masih mencukupi kebutuhan kayu sebagai bahan baku produksi pulp untuk 2019–2020.
KLHK mencatat produksi pulp dan serpih kayu pada Januari—Mei 2019 naik tipis, yaitu 270.000 m3 atau sebesar 1,93% menjadi 14,27 juta m3 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 14 juta m3.
Kendati nilai ekspor terkoreksi, pihaknya tetap optimistis bahwa industri pulp dan kertas Indonesia ke depan akan terus bertumbuh, mengingat potensi konsumsi kertas Indonesia yang masih rendah.
Konsumsi kertas di dalam negeri masih sebesar 30 kg per kapita dibandingkan dengan China yang mencapai 76 kg per kapita dan Amerika Serikat sebesar 219 kg per kapita.
Menurutnya, tren kebutuhan konsumsi kertas khususnya kertas kemasan atau kertas industri terus tumbuh sejalan dengan meningkatkan pertumbuhan penduduk dan tren jual beli daring yang membutuhkan pengemasan dari kertas.