Bisnis.com, JAKARTA - Pencalonan Christine Lagarde sebagai gubernur Bank Sentral Eropa yang baru menuai banyak perdebatan. Pasalnya, eksistensi wanita dalam peran kepemimpinan di politik Eropa merupakan hal yang jarang terjadi.
Terlebih lagi, Lagarde tidak memiliki latar belakang ekonomi, sebuah standar yang menjadi kualifikasi seorang pemimpin bank sentral.
Sejak ECB berdiri pada 1998, ketiga presiden bank sentral dipilih berdasarkan latar belakang dan sepak terjang mereka di dunia ekonomi moneter.
Wim Duisenberg, adalah seorang warga negara Belanda yang menjadi gubernur ECB pertama. Selama masa kepemimpinannya, Duisenberg dikenal sebagai pembuat kebijakan moneter yang sangat berhati-hati dan kerap membuat pusing investor dengan kebijakan bunga tingginnya.
Pada 2003, Duisenberg digantikan oleh Jean-Claude Trichet dari Perancis, yang juga mantan Gubernur Bank Sentral Perancis. Trichet menuai kritik karena tanggapannya terhadap Resesi Hebat di Eropa, yang menekankan stabilitas harga atas pemulihan dan pertumbuhan ekonomi.
Mario Draghi, seorang warga negara Italia, kemudian menggantikan Trichet sejak 2011 dan memimpin ECB sampai dengan akhir masa jabatannya pada 31 Oktober mendatang. Sebelumnya, Draghi menjabat sebagai Ketua Dewan Stabilitas Keuangan dari 2009 hingga 2011 dan Gubernur Bank Italia dari 2005 hingga 2011.
Menjelang habis masa jabatan Draghi, Dewan Eropa mulai mencari pengganti yang mampu mengangkat kembali ekonomi Eropa ke tren yang lebih positif.
Setelah menjalani rapat yang panjang pada Selasa (2/7/2019), di Brussels, para pemimpin Eropa sepakat untuk mengunggulkan Lagarde dalam kontesasi kepemimpinan bank sentral eropa.
"Dia dipilih karena dia mengambil peran kepemimpinan yang tak terbantahkan di IMF dan saya pikir siapa pun yang bisa melakukan itu juga dapat memimpin ECB," kata Kanselir Jerman Angela Merkel, seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (3/7/2019).
Ketiga presiden ECB pertama memiliki kualifikasi di bidang ekonomi dan menjalankan bank sentral nasional mereka terlebih dahulu.
Kondisi ini membuka lahan kritik bagi Lagarde bahwa dia tidak memiliki pengetahuan untuk menetapkan kebijakan moneter dan dapat meningkatkan pengaruh Philip Lane, kepala ekonom baru ECB, dalam proses penentuan kebijakan.
"Ini agak membingungkan karena dia tidak dikenal sebagai salah satu pemikir ekonomi terkemuka di luar sana," kata Alicia Levine, kepala ahli strategi di BNY Mellon Investment.
Meskipun demikian, dia memiliki latar belakang politik yang membanggakan, sebuah sentimen diperlukan untuk menyatukan sesama pejabat ECB ketika menetapkan kebijakan, terutama jika mereka kehabisan amunisi moneter dan perlu mendorong pemerintah untuk meningkatkan dukungan ekonomi.
"Dia memiliki keterampilan politik yang diperlukan untuk membangun konsensus di Dewan Pemerintahan. Lagarde juga merupakan komunikator yang baik dan memiliki posisi dan nyali untuk mempertahankan keputusan ECB di panggung Eropa yang lebih besar," kata Krishna Guha, kepala strategi bank sentral di Evercore ISI.
Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk menepis kekhawatiran tentang kurangnya pengetahuan ekonomi formal Lagarde.
"Dia [Lagarde] akan menjadi gubernur ECB yang sempurna", katanya di Brussels.
Bersama Sabine Lautenschlaeger, Lagarde akan menjadi satu dari dua wanita di Dewan Eksekutif beranggotakan enam orang.
Sejak ECB berdiri pada 1998, ketiga presiden bank sentral dipilih berdasarkan latar belakang dan sepak terjang mereka di dunia ekonomi moneter.
Wim Duisenberg, adalah seorang warga negara Belanda yang menjadi gubernur ECB pertama. Selama masa kepemimpinannya, Duisenberg dikenal sebagai pembuat kebijakan moneter yang sangat berhati-hati dan kerap membuat pusing investor dengan kebijakan bunga tingginnya.
Pada 2003, Duisenberg digantikan oleh Jean-Claude Trichet dari Perancis, yang juga mantan Gubernur Bank Sentral Perancis. Trichet menuai kritik karena tanggapannya terhadap Resesi Hebat di Eropa, yang menekankan stabilitas harga atas pemulihan dan pertumbuhan ekonomi.
Mario Draghi, seorang warga negara Italia, kemudian menggantikan Trichet sejak 2011 dan memimpin ECB sampai dengan akhir masa jabatannya pada 31 Oktober mendatang. Sebelumnya, Draghi menjabat sebagai Ketua Dewan Stabilitas Keuangan dari 2009 hingga 2011 dan Gubernur Bank Italia dari 2005 hingga 2011.
Menjelang habis masa jabatan Draghi, Dewan Eropa mulai mencari pengganti yang mampu mengangkat kembali ekonomi Eropa ke tren yang lebih positif.
Setelah menjalani rapat yang panjang pada Selasa (2/7/2019), di Brussels, para pemimpin Eropa sepakat untuk mengunggulkan Lagarde dalam kontesasi kepemimpinan bank sentral eropa.
"Dia dipilih karena dia mengambil peran kepemimpinan yang tak terbantahkan di IMF dan saya pikir siapa pun yang bisa melakukan itu juga dapat memimpin ECB," kata Kanselir Jerman Angela Merkel, seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (3/7/2019).
Ketiga presiden ECB pertama memiliki kualifikasi di bidang ekonomi dan menjalankan bank sentral nasional mereka terlebih dahulu.
Kondisi ini membuka lahan kritik bagi Lagarde bahwa dia tidak memiliki pengetahuan untuk menetapkan kebijakan moneter dan dapat meningkatkan pengaruh Philip Lane, kepala ekonom baru ECB, dalam proses penentuan kebijakan.
"Ini agak membingungkan karena dia tidak dikenal sebagai salah satu pemikir ekonomi terkemuka di luar sana," kata Alicia Levine, kepala ahli strategi di BNY Mellon Investment.
Meskipun demikian, dia memiliki latar belakang politik yang membanggakan, sebuah sentimen diperlukan untuk menyatukan sesama pejabat ECB ketika menetapkan kebijakan, terutama jika mereka kehabisan amunisi moneter dan perlu mendorong pemerintah untuk meningkatkan dukungan ekonomi.
"Dia memiliki keterampilan politik yang diperlukan untuk membangun konsensus di Dewan Pemerintahan. Lagarde juga merupakan komunikator yang baik dan memiliki posisi dan nyali untuk mempertahankan keputusan ECB di panggung Eropa yang lebih besar," kata Krishna Guha, kepala strategi bank sentral di Evercore ISI.
Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk menepis kekhawatiran tentang kurangnya pengetahuan ekonomi formal Lagarde.
"Dia [Lagarde] akan menjadi gubernur ECB yang sempurna", katanya di Brussels.
Bersama Sabine Lautenschlaeger, Lagarde akan menjadi satu dari dua wanita di Dewan Eksekutif beranggotakan enam orang.