Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah terus mendorong proses pembangunan yang berkelanjutan dengan skema green finance.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa green bond yang diterbitkan pemerintah sejak 2018 lalu banyak diminati para investor internasional.
Hanya saja, bekas Direktur Pelaksana Bank Dunia ini tak memungkiri bahwa green bond yang diterbitkan oleh Indonesia belum benar-benar sesuai dengan yang diharapkan. Pasalnya dari portofolio pembelinya, hanya 21% yang dibeli oleh green investor, sedangkan sisanya masih dibeli oleh investor konvensional.
"Dari preferensi pembeli dan dihubungkan dengan proyeknya, green bond Indonesia [juga] belum benar-benar menggambarkan sebagai green bond," kata Sri Mulyani seperti dikutip dari akun media sosialnya, Rabu (26/6/2019).
Dengan posisi yang belum sepenuhnya ideal, Sri Mulyani menyebut pemerintah dan swasta mesti terus berkomitmen dalam keberlanjutan pembangunan baik yang dibiayai oleh APBN maupun green finance. "Oleh karena itu, partisipasi swasta yang dikaitkan dengan preferensi pembeli dan direfleksikan melalui harga memiliki signal yang cukup kuat," tukasnya.
Seperti diketahui, Indonesia menerbitkan Sukuk sebagai salah satu instrumen pembiayaan syariah. Sebagai contoh, pemerintah telah menerbitkan Sukuk Wakalah Global yang merupakan Sukuk Hijau pertama di Indonesia dan Asia.
Baca Juga
Penerbitan Green Bond atau Sukuk Hijau merupakan salah satu komitmen Indonesia untuk SDGs terkait isu perubahan iklim atau terkait dengan isu lingkungan seperti energi terbarukan, transportasi berkelanjutan, pengelolaan limbah, dan bangunan hijau.
Tahun 2019, Indonesia menerbitkan Sukuk Hijau senilai US$750 juta selain sukuk jenis lainnya sebesar US$1,25 miliar.