Bisnis.com, JAKARTA — Proyek pembangkit listrik tenaga surya Terapung Cirata di Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat saat ini sedang memasuki proses pemilihan mitra. Perjanjian jual beli listrik atau power purchase agreement (PPA) ditargetkan ditandatangani pada awal tahun depan.
Berdasarkan data yang diterima Bisnis, proses pemilihan mitra telah dimulai pada 7 April 2019 dengan pengambilan dokumen Term of Reference (TOR) dan Berita Acara Rapat Penjelasan (Aanwijzing) pada 15 April 2019. Proses pemilihan mitra sedang dilakukan dengan waktu selama 3 bulan.
Setelah proses pemilihan selesai, persetujuan mitra oleh direksi PLN akan dilakukan satu bulan kemudian. Mitra akan diberikan waktu selama satu bulan kemudian untuk menyiapkan proposal dan 1 bulan lagi untuk dievaluasi proposalnya.
Apabila ditotal, baru pada bulan ke-10 atau kira-kira Februari 2020, PPA ditandatangani. Penandatangan PPA sebelumnya sudah berdasarkan persetujuan tarif dari Menteri ESDM, jaminan pelaksanaan, izin prinsip dari kepala daerah setempat, pendirian perusahaan proyek, hingga progres lahan untuk jaringan dan right of way (ROW).
Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero) Syofvi Felienty Roekman mengatakan hingga saat ini proses pemilihan mitra masih berjalan. Tadinya, pembangunan tahap pertama ditarget COD pada kuartal II/2019. Sementara itu, untuk tahap dua hingga empat, rencana COD dilakukan pada kuartal II/2020.
"Kalau lihat di RUPTL baru mundur [target COD], disesuaikan dengan kebutuhan," katanya, belum lama ini.
Baca Juga
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2018, PLTS Terapung Cirata merupakan terobosan PLN untuk memanfaatkan waduk-waduk pembangkit listrik tenaga air untuk instalasi PLTS.
PLTS Terapung Cirata ini digadang-gadang menjadi PLTS terapung terbesar di dunia ini dengan memiliki kapasitas 200 MW. PLTS Terapung Cirata ditarget beroperasi komersial (commercial operating date/COD) pada 2021 sebesar 145 MW dan 2023 55 MW.
.JPG?w=300&h=221)
