Bisnis.com, JAKARTA – PT Jaya Bersama Saputra Perkasa (JBSP), produsen pintu rumah berbahan plat baja dengan merek Fortress, membagikan 1.000 bibit pohon kepada pengunjung kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Sabtu (8/6).
Direktur Utama JBSP Joni Effendi mengatakan ini adalah bentuk program corporate social responsibility (CSR) JBSP dan komitmen perusahaan terhadap masa depan berkelanjutan.
“Harapan kami melalui kampanye ini masyarakat bisa mendapatkan edukasi dan mengambil peran untuk memelihara hutan Indonesia dengan menanam pohon di rumahnya masing-masing. Ini langkah kecil tapi akan berdampak besar pada kehidupan anak cucu kita nanti,” papar Joni dalam siaran persnya, Minggu (9/6/2019).
Hadir sejak tahun 2003, perusahaan merintis bisnis pintu rumah berbahan baja untuk melindungi bangunan dari keamanan dan resiko kebakaran.
Menurutnya, pintu dari plat baja lebih kuat dan tahan lama karena tidak terpengaruh kelembaban dan serangan rayap. Kehadiran pintu baja Fortress juga sejalan dengan komitmen perusahaan untuk terus menjaga kelestarian lingkungan karena tidak menggunakan material kayu.
“Jika satu rumah ada tiga pintu dari bahan kayu, butuh berapa banyak pohon yang harus ditebang untuk jutaan unit rumah? Karena untuk setiap pintu rumah yang anda gunakan, ada pohon yang harus ditebang,” jelasnya.
Dia mengatakan program berbagi 1.000 bibit pohon dan mengurangi penggunaan kayu dalam pemilihan perabot rumah tangga tentu akan berdampak positif bagi lingkungan alam di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, pada tahun 2017 luas hutan di Indonesia sebesar 133.300.543 hektare. Luas hutan di Indonesia pada tahun 2045 akan bertambah sebanyak 16.148.000 hektar apabila penebangan batang pohon ditekan per tahunnya.
Efeknya, julukan Indonesia sebagai paru-paru dunia akan melekat abadi dengan total luas hutan sebesar 149.484.543 hektar pada tahun 2045.
Joni melanjutkan, kayu di Indonesia merupakan komoditas ekspor terbesar kedua setelah sektor migas. Mulai dari Jepang Amerika hingga negara-negara di Eropa menjadi negara favorit tujuan ekspor kayu dari Tanah Air, baik dalam bentuk gelondongan maupun olahan kayu potongan dan berlapis.
Terlepas dari prestasi ekspor material kayu yang cukup diperhitungkan oleh dunia, tentu penebangan hutan secara massif tanpa penanaman pohon kembali akan berdampak pada ekosistem hutan di Indonesia.
Sementara itu, Dana Lingkungan Hidup, World Wildlife Fund, memprediksi Pulau Kalimantan akan kehilangan 75 persen luas wilayah hutannya pada 2020 menyusul tingginya laju deforestasi.
Dari sekitar 74 juta hektare hutan yang dimiliki Kalimantan, hanya 71 persen yang tersisa pada 2005. Sementara jumlahnya pada 2015 menyusut menjadi 55 persen.
Jika laju penebangan hutan tidak berubah, Kalimantan diyakini akan kehilangan 6 juta hektar hutan hingga 2020, artinya hanya kurang dari sepertiga luas hutan yang tersisa.