Bisnis.com, New York – Corteva Agriscience, perusahaan agribisnis multinasional yang berbasis di Amerika Serikat, berkomitmen untuk terus memperkuat pasarnya di Asia Pasific, termasuk Indonesia dengan cara membangun pusat produksi benih di dalam negeri.
Presiden Asia Pasific Corteva Agriscience Peter Ford mengatakan bahwa pemerintah Indonesia dan Corteva Indonesia memiliki pandangan yang sama terkait dengan ketahanan pangan nasional. Menurutnya, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk membangun sistem pertanian yang berkelanjutan dan memberikan keuntungan bagi semua pihak, termasuk petani.
“Pemerintah Indonesia sangat mudah diajak bekerja sama dan fokus pada hal-hal yang menjadi perhatian kami juga, yakni memberikan yang terbaik bagi petani dan membangun pertanian berkelanjutan,” katanya dalam wawancara bersama dengan sejumlah media di Asia Pasific, di Gedung New York Stock Exchange, New York, Amerika Serikat, pada pekan lalu.
Ford mengatakan bahwa pada dasarnya Corteva sudah memasuki pasar benih jagung di Indonesia. Perseroan dapat memproduksi 14.000 ton benih jagung hibrida dan memegang 32% pangsa pasar di Tanah Air. Ke depan, perseroan akan memperkenalkan produk benih padi hibrida ke Indonesia.
Adapun, saat ini, produksi benih perseroan untuk Indonesia dibuat di India. “Seiring dengan upaya perseroan memberikan edukasi tentang manfaat padi hibrida, kami juga akan membangun pusat produksi benih kami di Indonesia. Kami memulainya dengan impor, dan segera kami memindahkan produksi benih buatan dalam negeri di Indonesia,” jelasnya.
Namun demikian, Ford belum bisa menjelaskannya secara detail terkait dengan nilai investasinya. Rencananya, kantor cabang di Karawang yang selama ini dijadikan pusat riset dan penelitian jagung hibrida akan disulap juga supaya bisa menghasilkan benih padi hibrida yang sesuai dengan kebutuhan petani.
Baca Juga
Chief Executive Officer Corteva Agriscience Jim Collins mengatakan bahwa sektor pertanian di negara-negara di Asia Pasific, termasuk Indonesia tumbuh dengan cepat di antara negara-negara lainnya. “Dan kami memiliki bisnis yang cukup kuat di Asia Pacific, terutama beras, jagung, sayur-sayuran, dan buah-buahan,” katanya.
Tahun lalu, Indonesia dan negara-negara Asia lainnya menyumbang lebih dari 10% dari pendapatan perusahaan atau sekitar US$1,4 miliar.
Sebagai informasi, saham Corteva, Inc (NYSE: CTVA) resmi diperdagangkan di bursa saham New York Stock Exchange pada Senin (3/6) waktu setempat.
Corteva Agriscience resmi menjadi perusahaan mandiri setelah memisahkan diri dari DowDupont pada 1 Juni 2019. Adapun, DowDupont merupakan perusahaan hasil merger dari Dow Chemical Co. dan Dupont Inc. Corteva berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui dua bisnis utama, yakni pengembangan benih dan perlindungan hasil panen.
Hingga saat ini, Corteva Agriscience hadir di 140 negara. Pada akhir 2018, Corteva mencatatkan penjualan hingga US$14 miliar. Corteva memiliki lebih dari 150 fasilitas penelitian dan pengembangan, serta lebih dari 65 bahan baku aktif.
Corteva berkantor pusat di Wilmington, Delaware dengan pusat bisnis global di Johnston, Iowa dan Indianapolis (Indiana) dan lima kantor regional di Calgary (Kanada), Johannesburg (Afrika Selatan), Jenewa (Swiss), Singapura dan Alphaville, (Brasil).