Bisnis.com, JAKARTA—The Conference Board® GlobalConsumer Confidence™ Survey, berkolaborasi dengan Nielsen, merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia yang relatif stabil di angka 125 pada kuartal I/2019 atau urutan keempat sebagai negara teroptimistis di dunia.
Dalam rilisnya, Nielsen menjelaskan IKK dipengaruhi oleh tiga indikator, yaitu optimisme konsumen mengenai (1) prospek lapangan kerja lokal, (2) keadaan keuangan pribadi, dan (3) keinginan untuk berbelanja, dalam 12 bulan ke depan.
Untuk Indonesia, dua indikator mengalami peningkatan pada kuartal I/2019. Optimisme akan prospek lapangan kerja lokal meningkat menjadi 72% dari kuartal IV/2018 sebesar dari 68%.
Selanjutnya, 83% konsumen memiliki persepsi positif mengenai kondisi keuangan pribadi mereka, meningkat dari 79% di kuartal sebelumnya. Namun, hanya 56% konsumen yang menyatakan bahwa waktu 12 bulan ke depan adalah waktu yang baik untuk berbelanja barang-barang yang mereka inginkan dan butuhkan.
“Indikator terakhir ini menurun dari 63% pada kuartal IV/2018,” papar Agus Nurudin, Managing Director Nielsen Indonesia, Senin (3/6/2019).
Secara global, IKK stabil dengan hanya mengalami satu poin penurunan menjadi 106 dari 107 pada kuartal IV/2018. Konsumen cenderung mempertahankan belanja, namun lebih hati-hati di tengah kondisi ekonomi global yang melambat.
Menurut The Conference Board® Global Consumer Confidence™ Survey, berkolaborasi dengan Nielsen, 10 negara teroptimistis pada kuartal I/2019 adalah Filipina (133), India (132), Vietnam (129), Indonesia (125), Denmark (119), Malaysia (115), China (115), Uni Emirat Arab (113), Arab Saudi (112), Thailand (111).
Sentimen positif konsumen Indonesia akan stabilitas ekonomi membaik secara signifikan, dimana pada kuartal I/2019 hanya 51% konsumen online Indonesia yang berpendapat bahwa negara sedang berada dalam keadaan resesi ekonomi.
Sebelumnya pada kuartal IV/2018 terdapat 57% konsumen yang berpendapat bahwa negara sedang mengalami resesi ekonomi, dan 61% pada kuartal III/2018.
Memilih Menabung dan Investasi
Menabung dan berinvestasi masih menjadi pilihan utama konsumen dalam mengalokasikan sisa dana mereka setelah memenuhi kebutuhan hidup yang utama. Pada kuartal I/2019, 66% konsumen memilih untuk mengalokasikan dana cadangan mereka untuk menabung.
Selanjutnya, 47% memilih untuk menggunakannya untuk berlibur, dan 44% memilih untuk berinvestasi di saham atau reksadana.
Terkait penghematan pengeluaran rumah tangga, 43% konsumen memilih untuk mengurangi belanja baju baru serta menunda mengganti perangkat teknologi baru seperti PC, mobile dan lainnya. Sementara itu, 41% memilih mengurangi hiburan di luar rumah.
Pada kuartal I/2019, 34% konsumen menyatakan kekhawatiran mereka akan akan stabilitas politik, meningkat jauh dari 24% pada kuartal IV/ 2018. Kekhawatiran akan keadaan ekonomi menjadi kekhawatiran terbesar berikutnya bagi 31% konsumen Indonesia.
“Meningkatnya kekhawatiran konsumen akan stabilitas politik di kuartal pertama tahun ini sepertinya juga mempengaruhi keinginan konsumen untuk berbelanja.”ujar Agus Nurudin. “Menjelang Pemilu, konsumen mengantisipasi situasi salah satunya dengan lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka.”
Sementara itu, 17% persen konsumen Indonesia menyatakan kekhawatiran akan toleransi antar umat beragama, 16% merasa khawatir mengenai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan.
Selain itu, 12% merasa khawatir mengenai kriminalitas yang baru muncul pada kuartal I/2019.
The Conference Board® Global Consumer Confidence Survey adalah survei Keyakinan Konsumen Global yang dilakukan Conference Board® bekerja sama dengan Nielsen.
Survei ini dilaksanakan pada Januari 2019 dan mensurvei lebih dari 32.000 konsumen online di 64 negara di seluruh Asia-Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Tengah Timur / Afrika dan Amerika Utara.
Sampel termasuk pengguna internet yang setuju untuk berpartisipasi dalam survei ini dan memiliki kuota berdasarkan usia dan jenis kelamin untuk setiap negara. Ini menjadi pertimbangan untuk menjadi perwakilan konsumen internet berdasarkan masing-masing negara.
Karena sampel didasarkan pada mereka yang setuju untuk berpartisipasi, tidak menutup kemungkinan akan ada perkiraan kesalahan pada sampling teoritis yang dapat dihitung. Namun, sampel probabilitas ukuran setara memiliki margin kesalahan ± 0,6% di tingkat global.