Bisnis.com, SURABAYA — Budaya toleransi dan saling pengertian antar pemudik, jangan sampai terlupa. Terutama, bagi para pemudik yang pulang ke kampung halaman bersama rombongan kendaraan.
Sebab, menurut Pengamat Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Semarang Djoko Setijowarno, ketika mudik mengutamakan rombongan, membuat kita kadang lupa dan mengabaikan pemudik lainnya.
Misalnya, terkait penggunaan rest area di jalur tol. Jangan sampai kita berlama-lama hanya untuk menunggu rombongan, sehingga pemudik lain yang benar-benar butuh untuk masuk rest area tak mendapat haknya.
"Bisa jadi singgah tersebut bukan untuk istirahat, akan tetapi hanya untuk ketemu saudara atau kerabat untuk berangkat bersama mudik beriringan," ujar Peneliti Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini kepada Bisnis, Minggu (2/5/2019).
Sedangkan untuk pengendara mobil atau motor yang melewati Jalur Pantai Utara (Pantura), karena boleh berhenti di mana saja, Djoko hanya mengingatkan agar berhati-hati, serta melihat rambu-rambu dan kondisi jalan agar tak merugikan arus pemudik.
Baca Juga
Berbeda lagi dengan di jalan tol. Djoko justru berharap pada puncak mudik nanti, ada tindakan tegas untuk para pemudik yang berhenti sewaktu-waktu di bahu jalan, mengakibatkan lalu lintas tersendat.
"Walau hanya untuk berbuka puasa pun tidak diizinkan beristirahat di bahu jalan tol. Buka puasa dapat dilakukan di atas kendaraan yang sedang berjalan. Jangan sampai ada jargon baru jalan tol serasa nontol," jelasnya.