Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transisi Metode Penambangan, Produksi Produsen Terbesar Tembaga Dunia Bakal Turun

Tambang raksasa Chuquicamata yang dioperasikan produsen tembaga terbesar dunia milik pemerintah Cili, Corporacion Nacional del Cobre de Chile (Codelco), diperkirakan mengalami penurunan produksi hingga 40% dalam 2 tahun ke depan.
Tembaga/Reuters
Tembaga/Reuters

Bisnis.com, SANTIAGO - Tambang raksasa Chuquicamata yang dioperasikan produsen tembaga terbesar dunia milik pemerintah Cili, Corporación Nacional del Cobre de Chile (Codelco), diperkirakan mengalami penurunan produksi hingga 40% dalam 2 tahun ke depan.

Adapun tambang tersebut tengah dalam masa transisi dari penambangan terbuka ke penambangan bawah tanah dengan nilai lebih dari US$5 miliar. Hal tersebut menjadi upaya dalam memperpanjang umur tambang.

Pada tahun ini, produksi bijih dari tambang terbuka akan mendapat tambahan dari tambang bawah tanah, sehingga produksi tembaga dari Chuqui diperkirakan mencapai 459.000 ton atau yang tertinggi sejak 2010.

Namun, mulai tahun depan, produksi Codelco dari Chuqui akan turun tajam seiring dengan ditutupnya tambang terbuka. Pasalnya, proyek tambang bawah tanah masih landai, sehingga produksi diperkirakan turun hingga 182.000 ton tembaga pada 2021 sebelum kembali naik menjadi 416.000 ton pada 2024.

Hal tersebut akan menekan produksi Codelco secara keseluruhan sebesar 4% pada 2021. Meskipun begitu, penurunan tersebut telah menjadi bagian dari rencana jangka panjang perusahaan.

Kepala konsultan Plusmining Juan Carlos Guajardo memperkirakan periode menaikkan kembali produksi akan memakan waktu 7 tahun. "Kami akan menghadapi proses panjang untuk membawa produksi ke level yang sama dengan tambang terbuka," katanya seperti dikutip Reuters, Kamis(23/5/2019).

Dengan penurunan produksi dari Chuqui, perkirakaan internal perusahaan menyatakan total produksi tembaga Codelco akan turun menjadi 1,66 juta ton pada 2021 dari target tahun ini sebanyak 1,73 juta ton. Produksi akan kembali pada level yang sama dengan tahun ini pada 2027.

Meskipun estimasi produksi dalam jangka panjang meningkat, perkiraan tersebut juga menunjukkan estimasi jangka pendek Codelco untuk periode 2019-2025 telah turun dari proyeksi sebelumnya pada 2018.

Analis Moody,s Barbara Mattos mentatakan perbaikan yang terus dilakukan Coldelco merupakan kunci bagi perusahaan tersebut dalam mendukung tingkat produksinya dan memastikan kelangsungan perusahaan dalam industri tembaga jangka panjang.

Sementara itu, dengan adanya transisi tersebut, ditambah dengan ketengangan Amerika Serikat dengan China yang telah menekan harga tembaga sehingga jatuh dalam lima minggu berturut-turut, Codelco siap memangkas jumlah pekerjanya.

"Tantangannya tetap memastikan kelangsungan masa depan, memodifikasi budaya kerja, serta menerapkan praktik kerja baru dan teknologi baru," tutur CEO Codelco Nelson Pizarro dalam wawancaranya dengan Reuters.

Sekitar 1.700 pekerja diperkirakan kehilangan pekerjaan mereka. Hal tersebut menempatkan serikat pekerja di ujung tanduk.

Negosiasi tahap pertama pada Januari menemui jalan buntu dan saat ini negosiasi kedua tengah berlangsung. Beberapa pihak mengkhawatirkan terjadi konflik yang berujung pada pemogokan dan berdampak pada produksi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper