Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ANGKUTAN LEBARAN 2019 : Maskapai Asing & Nasional Kemarau Extra Flight

PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II menyatakan bahwa maskapai asing dan nasional memilih mengurangi penerbangan tambahan atau extra flight selama Angkutan Lebaran 2019.
Ilustrasi - Pesawat Citilink (atas) saat akan mendarat dan pesawat Garuda Indonesia yang akan lepas landas di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Ilustrasi - Pesawat Citilink (atas) saat akan mendarat dan pesawat Garuda Indonesia yang akan lepas landas di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II menyatakan bahwa maskapai asing dan nasional memilih mengurangi penerbangan tambahan atau extra flight selama Angkutan Lebaran 2019. Ada beberapa bandara yang bahkan hanya menerima pengajuan penerbangan tambahan rute internasional.

Corporate Secretary PT Angkasa Pura (AP) I Handy Heryudhitiawan mengatakan bahwa pengajuan penerbangan tambahan yang dilakukan maskapai berjadwal pada masa Angkutan Lebaran tahun ini cenderung menurun dibandingkan dengan tahun lalu.

Sepanjang periode Angkutan Lebaran 2018, menurutnya, jumlah pengajuan penerbangan tambahan mencapai 5.247 penerbangan untuk rute domestik dan internasional. Per Minggu (19/5/2019), realisasi pengajuan penerbangan ekstra Lebaran 2019 hanya 1.306 penerbangan atau tidak mencapai separuhnya dari 2018.

“Kalau dibandingkan dengan 2018, tahun ini mengalami penurunan permohonan extra flight. Hingga saat ini yang sudah masuk baru 1.565 slot,” katanya kepada Bisnis.

Dia berpendapat realisasi penerbangan tambahan pada masa Lebaran 2018 menjadi bahan pertimbangan maskapai dalam menentukan pengajuan pada 2019. Di sisi lain, imbuhnya, angka pengajuan juga menjadi lebih realistis.

Menurutnya, moda transportasi darat yang semakin memadai seperti jalan tol maupun kereta bisa menjadi alternatif masyarakat dalam melakukan perjalanan mudik maupun balik. Pergeseran moda transportasi tersebut terjadi utamanya di wilayah Pulau Jawa.

Sebagai perbandingan, pengajuan penerbangan tambahan untuk Bandara Juanda di Surabaya pada Lebaran 2018 mencapai 1.598 slot, sedangkan pada Lebaran 2019 hanya 580 slot. Adapun, bandara tersebut menjadi pengajuan penerbangan tambahan terbanyak di antara bandara lain di bawah kelolaan AP I.

Hendy melanjutkan rute penerbangan tambahan yang diajukan maskapai asing antara lain Jetstar untuk Singapura-Surabaya pergi pulang (PP), Saudia Airlines untuk Surabaya-Jeddah PP, dan Malaysia Airlines untuk Surabaya-Kuala Lumpur. Maskapai nasional yang sudah mengajukan terdiri atas Lion Air, Batik Air, Sriwijaya air, Air Asia, dan Expres Air.

Bandara yang akan melayani penerbangan tambahan sesuai pengajuan antara lain Bandara Juanda Surabaya, Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan, Bandara Adisucipto Yogyakarta, Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang, Bandara Adi Soemarmo Solo, dan Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin.

Dia juga berencana memberikan insentif kepada maskapai berupa pembebasan biaya Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, dan Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U) khusus penerbangan tambahan tersebut. Insentif tersebut akan diterapkan selama masa Angkutan Lebaran dan untuk seluruh bandara di bawah kelolaan perseroan.

Direktur Teknik dan Operasi AP II Djoko Murjatmodjo berharap jumlah penerbangan tambahan yang diajukan maskapai bisa bertambah seiring dengan penurunan tarif batas atas (TBA) yang ditetapkan pemerintah akhir pekan lalu.

Saat ini, penerbangan tambahan yang sudah mendapatkan persetujuan terbang (flight approval/FA) mencapai 68 slot, hingga pekan lalu. Penerbangan tambahan tersebut terdiri dari 50 slot rute domestik dan 18 slot rute internasional.

“Penurunan TBA juga baru saja diputuskan, sehingga maskapai juga akan berhitung ulang kebutuhan extra flight. Mudah-mudahan pengajuan slot terbang akan bertambah,” kata Djoko.

Berdasarkan data AP II hingga 14 Mei 2019, 68 slot tersebut hanya diajukan untuk dua dari total 16 bandara yang dikelola. Kedua bandara tersebut adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta sebanyak 52 slot dan Bandara Kuala Namu di Medan sebanyak 16 slot.

Sementara itu, maskapai asing yang mengajukan penerbangan tambahan antara lain Jetstar Asia 5 slot, Malaysia Airlines 8 slot, dan Silk Air 6 slot. Adapun, maskapai nasional yang mendapatkan persetujuan hingga data tersebut ditulis baru Indonesia AirAsia dengan jumlah 50 slot.

Dia menambahkan tidak menutup kemungkinan penurunan harga tiket bisa menyebabkan calon penumpang yang berniat menggunakan moda transportasi darat beralih kembali ke angkutan udara. Hal tersebut bisa mendorong maskapai mempersiapkan penerbangan tambahan yang lebih banyak.

Menurutnya, pertumbuhan jumlah penumpang pada masa angkutan Lebaran tahun ini diprediksi hanya sebesar 3,2% dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, asumsi tersebut belum memperhitungkan adanya penurunan TBA, sehingga AP II juga akan berhitung ulang.

Dia menilai pertumbuhan jumlah penumpang pada masa angkutan Lebaran tahun ini memang melambat, dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu yang bisa sampai 5,6% dan juga pernah sampai menembus 12%.

Sementara itu, Garuda Indonesia Group menyatakan kapasitas penerbangan reguler yang dimiliki maskapai saat ini masih mampu untuk memenuhi kebutuhan selama masa angkutan Lebaran 2019.

TIDAK MELONJAK

VP Corporate Secretary PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Ikhsan Rosan memprediksi, permintaan masyarakat pada masa peak season tersebut juga tidak akan meningkat secara signifikan. Terlebih, permintaan untuk penerbangan rute domestik.

“Kami memang belum memutuskan untuk mengajukan alokasi extra flight, ini tidak ada kaitannya dengan penurunan TBA [tarif batas atas]. [Penerbangan] yang reguler kami saja masih cukup untuk cover permintaan,” kata Ikhsan.

Dia menambahkan perhitungan penentuan penerbangan tambahan memang harus dilakukan secara lebih hati-hati. Terlebih, saat ini maskapai harus bisa mengoptimalkan keterisian kursi.

Kebijakan penurunan TBA, lanjutnya, membuat maskapai harus mencapai SLF tinggi untuk menjaga keseimbangan antara pendapatan dengan biaya operasional.

Sementara itu, emiten berkode GIAA tersebut memprediksi untuk penerbangan rute internasional akan ada peningkatan permintaan seperti tujuan Australia, Hong Kong, Singapura, dan Jepang. Namun, maskapai juga belum menentukan penerbangan tambahannya. “Biasanya rute internasional ada peningkatan permintaan untuk tujuan liburan,” ujarnya.

Sebaliknya, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub memastikan maskapai nasional telah menyesuaikan tarif sesuai dengan aturan baru, Keputusan Menteri No. 106/2019 tentang Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Dalam Negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bisnis Indonesia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper