Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Singapura tumbuh dengan laju lebih cepat ketimbang estimasi sebelumnya oleh pemerintah. Fakta ini menunjukkan daya tahan Singapura menghadapi lesunya permintaan global dan eskalasi perang dagang Amerika Serikat-China.
Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura hari ini, Selasa (21/5/2019), melaporkan produk domestik bruto (PDB) naik 3,8 persen secara tahunan pada kuartal pertama tahun ini dari kuartal sebelumnya.
Raihan itu lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya oleh pemerintah untuk pertumbuhan 2 persen juga proyeksi median ekonom dalam survei Bloomberg sebesar 2,3 persen.
Adapun dibandingkan dengan setahun sebelumnya, PDB Singapura pada kuartal I/2019 naik 1,2 persen.
Sebagai negara dengan ekonomi yang bergantung pada perdagangan, ekspor Singapura telah terpukul penurunan siklus teknologi global dan pertumbuhan yang lebih lemah di China.
Sebuah laporan yang dirilis pekan lalu menunjukkan ekspor nonmigas merosot 10 persen pada April dari tahun sebelumnya seiring dengan kontraksi ekspor elektronik sebesar 16,3 persen.
Namun, rebound dalam konstruksi dan permintaan yang kuat untuk jasa membantu menopang pertumbuhan pada kuartal tersebut.
“Ada kekuatan dalam ekonomi tahun ini dari industri jasa, sementara manufaktur akan mengalami kemunduran tajam dalam pertumbuhan setelah dua tahun ekspansi yang kuat,” papar Kementerian Perdagangan dan Industri, seperti dikutip Bloomberg.
Pemerintah Singapura sendiri telah mempersempit kisaran proyeksi pertumbuhannya untuk 2019 menjadi 1,5 persen-2,5 persen.
“Prospek perdagangan yang suram membebani pertumbuhan, sehingga memberikan ruang bagi bank sentral [Singapura] untuk melonggarkan kebijakan moneter tahun ini, mungkin dalam pertemuannya pada Oktober,” ujar Sian Fenner dari Osford Economies Ltd.
Bank sentral Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS), yang menggunakan nilai tukar sebagai alat kebijakan moneter utamanya alih-alih suku bunga, mempertahankan kebijakannya pada April.