Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia berharap kerja sama dengan Port of Ningbo, salah satu operator pelabuhan di China, dapat membawa jaringan pelayaran ke Pelabuhan Kuala Tanjung yang ke depan diproyeksikan menjadi hub utama.
Menko Maritim Luhut B. Pandjaitan mengatakan, kerja sama dengan Ningbo menjadi alternatif setelah negosiasi rencana kerja sama dengan Port of Rotterdam Authority sangat alot, terutama menyangkut bagi hasil.
"Tapi yang saya minta satu, dia [Ningbo] harus bawa networking-nya [jaringan pelayaran], sehingga ada perputaran kontainer kargo [di Kuala Tanjung]," katanya dalam kegiatan buka puasa bersama media, Rabu (8/5/2019).
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Maritim Ridwan Djamaluddin menambahkan, pelayaran yang berada dalam jaringan Ningbo diharapkan memindahkan transshipment dari Singapura ke Kuala Tanjung untuk kargo tujuan Asia Selatan, Timur Tengah, dan Eropa.
Namun soal insentif, Ridwan menuturkan pembicaraan dalam pertemuan Belt and Road Initiatives (BRI) yang digelar di Beijing bulan lalu belum sampai ke arah sana. Seperti diketahui, penandatanganan kerja sama Pelindo I dan Ningbo di Kuala Tanjung merupakan bagian dari 23 kerja sama yang disepakati.
Menurut Luhut, Indonesia juga membuka kemungkinan Ningbo menjadi operator Pelabuhan Kuala Tanjung bersama-sama dengan Pelindo I. Saat ini terminal multipurpose Kuala Tanjung dioperasikan oleh PT Prima Multi Terminal, anak perusahaan Pelindo I.
Ridwan melanjutkan, kerja sama dengan Ningbo pun bisa merambah ke proyek Kawasan Industri Kuala Tanjung dan dedicated atau hub port. Seperti diketahui, pembangunan Kuala Tanjung yang seca keseluruhan menelan investasi Rp34 triliun terdiri atas tiga tahap.
Pada tahap pertama, Pelindo I membangun trestle sepanjang 2,75 km, dermaga 1.000 meter dengan kedalaman 16 meter di bawah permukaan air laut (LWS) yang mampu disandari mother vessel, lapangan penumpukan peti kemas berkapasitas 500.000 TEUs, dan tangki timbun.
Pada tahap kedua, Pelindo I membangun kawasan industri seluas 3.000 hektare yang akan menjadikan Kuala Tanjung sebagai international hub port. Kemudian pada tahap ketiga, Kuala Tanjung dikembangkan menjadi dedicated/hub port.
"Untuk tahap II dan III kuala tanjung, kami undang mereka berinvestasi," tutur Ridwan.
Pemerintah menugaskan PT Pelindo I untuk membangun dan mengoperasikan Pelabuhan Internasional Kuala Tanjung. Ini tertuang dalam Peraturan Presiden No 81/2018 tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan dan Kawasan Industri Kuala Tanjung di Provinsi Sumatra Utara.
Terminal multipurpose telah beroperasi sejak awal tahun, tetapi baru 20% dari kapasitas bongkar muat tahap awal yang sebanyak 24 juta ton curah kering, 30 juta ton curah cair, dan 500.000 TEUs peti kemas.
Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara diharapkan menjadi hub internasional dan simpul logistik nasional yang mampu menangkap potensi pasar pelayaran di Selat Malaka yang mencapai 100 juta TEUs per tahun.
Sebelumnya, Pelindo I menyatakan Kuala Tanjung membutuhkan 10-15 tahun untuk benar-benar menjadi hub internasional. Setidaknya membutuhkan 5 tahun hingga pasar kargo curah dan kontainer terbentuk.
Kuala Tanjung juga membutuhkan kawasan industri baru sebagai daerah asal barang untuk melengkapi Kawasan Industri Sei Mangkei yang saat ini menitikberatkan industri berbasis minyak sawit. Kuala Tanjung dipercaya dapat menampung kargo curah dan kontainer hingga 150 juta ton saat sudah ultimate 10-15 tahun mendatang.