Bisnis.com, JAKARTA – Ide PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) membangun terminal khusus crude palm oil (CPO) di Pakistan dinilai sebagai usaha ekspansi yang jempolan. Namun, rencana itu hendaknya dibarengi dengan dukungan armada pengangkutan CPO yang efisien.
Pakar maritim dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Saut Gurning mengatakan operasi yang efisien itu menyangkut soal input kargo balik armada tanker CPO yang selama ini cenderung kosong.
"Karenanya, di samping terminal CPO, penguatan kawasan industri sekitar terminal CPO perlu juga menjadi perhatian anak usaha IPC," katanya saat dihubungi, Minggu (5/5/2019).
Dengan begitu, lanjut Saut, nilai tambah kargo CPO menjadi lebih baik dan memberikan efisiensi bagi armada CPO, apalagi jika berbendera Indonesia, saat melakukan pelayaran balik.
PTP, anak perusahaan PT Pelabuhan Indonesia II, menggagas pembangunan dan pengoperasian terminal khusus CPO di Pakistan, sebagai hub ekspor Indonesia sebelum didistribusikan ke Eropa, pasar terbesar kedua minyak sawit Indonesia setelah India.
Direktur Utama PT PTP Imanuddin mengatakan perseroan beberapa waktu lalu bertemu dengan Duta Besar RI untuk Pakistan bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Pakistan untuk membicarakan ide itu.
Terminal curah cair yang dilengkapi dengan tangki CPO dirancang dibangun di Gwadar, kota pelabuhan di pesisir barat daya Balochistan, sekitar 700 km dari barat Karachi, kota terbesar di Pakistan.
Dari Gwadar, CPO akan didistribusikan ke berbagai negara tujuan, termasuk Uni Eropa. Dengan begitu, tutur Imanuddin, PTP dapat menikmati nilai tambah.