Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menampik rilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2019 yang berada di bawah ekspektasi sebagai pemicu utama pelemahan nilai tukar rupiah.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah menuturkan, pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5 persen ini masih positif jika dibandingkan negara lain.
"Pada kuartal kedua seharusnya bisa meningkat karena kegiatan ekonomi akan lebih dinamis pada kuartal kedua dan kuartal ketiga," ungkap Nanang, Senin (06/05/2019).
Menurutnya, pengaruh utama dari pergerakan rupiah terhadap dolar AS pada hari ini berasal dari pernyataan Presiden Donald Trump. Pada Minggu (05/05/2019), Presiden Trump menegaskan akan mengenakan bea impor terhadap berbagai produk China senilai US$200 miliar pada minggu ini.
Hal ini menyebabkan yuan tertekan dan pasar saham di China serta seluruh dunia rontok. "Tapi ini hanya risk off global jangka pendek," tegas Nanang.
Dia berharap masyarakat tidak perlu cemas karena ini merupakan dinamika biasa di pasar. Nanang menekankan BI selalu ada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah.
Baca Juga
Hari ini, BI melakukan triple intervention melalui stabilisasi di pasar spot secara terukur. Selain itu juga melakukan intervensi dengan membeli SBN, melakukan lelang DNDF pada pagi hari, dan melakukan proffiling DNDF dari delapan broker untuk memastikan stabilitas rupiah.
Selain faktor di atas, BI melihat adanya pola musiman yang mempengaruhi pergerakan rupiah dari permintaan valas yang meningkat karena adanya pembagian dividen pada kuartal kedua. Nanang yakin faktor musiman ini akan berkurang pada kuartal III/2019.