Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan bisnis industri pengolahan kelapa di dalam negeri masih prospektif dan terus berkembang.
Beberapa wilayah di Tanah Air yang dapat menjadi sentra industri pengolahan kelapa seperti Riau, Sulawesi Utara, Gorontalo, Jambi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Maluku Utara.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan pihaknya melakukan mengembangkan IKM kelapa terpadu melalui pendekatan regional yang selaras dengan kebijakan daerah. Pengembangan tersebut, lanjutnya, berbasis kepada ketersediaan sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi tepat guna dan pasar.
“Kami bertekad untuk terus fokus mendorong sektor industri pengolahan kelapa di Tanah Air. Selain karena potensi alamnya yang melimpah, produk hilirisasi industri kita harus berbasis bahan baku dalam negeri dengan kualitas yang mampu kompetitif di pasar ekspor,” tegasnya dalam keterangan tertulis, Jumat (19/4/2019).
Pada 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) membukukan nilai ekspor buah kelapa sebesar US$121,9 juta, sedangkan nilai ekspor produk turunan kelapa mencapai US$1,2 miliar yang terdiri dari coco fibre, copra, desicated coconut, coconut cream, coconut sheel, charcoal dan coconut activate carbon.
Di samping itu, Kemenperin mencatat Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia di atas Filipina, India, Srilanka, dan Brasil. Sementara itu, BPS menghitung luas area pohon kelapa mencapai 3,65 juta ha atau 14,58% dari total areal perkebunan lokal yakni 25,05 juta ha. Adapun, total produksi tanaman kelapa sebesar 2,87 juta ton.
Asian and Pasific Coconut Community menhitung jumlah petani yang terlibat dalam agribisnis kelapa pada akhir tahun lalu sebanyak 5,09 juta rumah tangga.
Gati mengemukakan bahwa kelapa mempunyai banyak manfaat, mulai dari akar sampai daun dan buah bisa diproduksi atau diolah oleh sektor IKM hingga industri besar. Maka dari itu, menurutnya, upaya pengembangan IKM kelapa terpadu dapat meningkatkan pendapatan bagi pelaku agribisnis kelapa.
Pengembangan Sentra
Berdasarkan data Kemenperin, Provinsi Gonrotalo memiliki areal perkebunan kelapa mencapai 71.524 ha, dengan jumlah tanaman menghasilkan 47.822 Ha atau 4.782.200 pohon. Secara total, Gorontalo memproduksi 120 butir per pohon per tahun dengan total produksi 575.864.000 butir per tahun.
Gati memaparkan potensi alam itu telah menumbuhkan industri pengolahan dari mulai skala kecil sampai dengan skala besar. Selain itu, lanjutnha, beberapa produk olahan kelapa seperti tepung kelapa asal Gorontalo telah diekspor ke Eropa (60%), Asia (20%) dan Afrika (20%).
Kemenperin, ujar Gati, optimistis pengembangan IKM kelapa terpadu di Gorontalo mampu meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa melalui diversifikasi maupun pengolahan produk olahan kelapa. Alhasil, tingkat kesejahteraan para pelaku agribisnis kelapa mulai dari sektor hulu sampai dengan hilir dapat meningkat.
Di sisi Indonesia timur, Gati memberikan apresiasi terhadap keseriusan Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat dalam pengembangan potensi kelapa untuk menjadi produk hilir yang bernilai tambah tinggi. Hal ini diwujudkan adanya pembangunan sentra kelapa terpadu di Desa Acango.
“Dari sentra tersebut, diharapkan dapat dihasilkan berbagai komoditas seperti arang batok kelapa, serta berbagai macam produk dari sabut kelapa, gula merah baik gula batok maupun gula semut, air kelapa (nata de coco, kecap), dan minyak goreng,” sebutnya.