Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan menepis anggapan bahwa indeks kebahagiaan Indonesia mengalami stagnasi dan lebih buruk dibandingkan negara-negara Asean lainnya. Bahkan, pertumbuhan indeks kebahagian Indonesia melampaui Singapura.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Adrianto mengatakan bahwa dibandingkan dengan World Happiness Index dan Ranking 2018, Indonesia sebenarnya mengalami peningkatan pada tahun 2019 ini. World Happiness Index naik dari 5,093 (posisi ke 96) ke 5,192 (posisi 92).
"Bahkan index happiness tahun 2016–2018 mengalami perubahan yang positif dari tahun 2005–2008 sebesar 0,240 poin lebih tinggi dibandingkan negara berkembang lain seperti Thailand bahkan Vietnam, Malaysia, Singapura dan Laos yang mengalami penurunan," kata Adrianto kepada Bisnis, Selasa (9/4/2019).
Kendati demikian, Adrianto tak menjelaskan detil soal penyebab ranking Indonesia yang masih bercokol di angka 90-an. Dia juga tak menjawab saat dikonfirmasi terkait korelasi besaran PDB per kapita dengan ranking kebahagiaan.
Seperti diketahui, dengan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5%, posisi PDB 2018 secara nominal sebesar Rp14.837,4 triliun atau ODB per kapita senilai US$3.927. Jumlah ini mengantarkan Indonesia naik kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas.
Dalam laporannya,World Happiness Report 2019 yang terbit akhir Maret lalu,ranking kebahagiaan Indonesia berada di posisi 92 atau lebih baik 4 tingkat dibandingkan laporan tahun 2018 yang berada di posisi 96.
Kendati mengalami perbaikan ranking, namun jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, posisi Indonesia masih kalah dibandingkan Singapura (34), Thailand (52), Pilipina (69) dan Malaysia (80).
Posisi Indonesia sedikit lebih baik dibandingkan Vietnam,Laos, Kamboja dan Myanmar yang ranking kebahagiaannya berada di bawah Indonesia.
Secara umum negara-negara nordik seperti Finlandia, Denmark, Norwegia, Islandia dan Swedia konsisten menempati 10 besar indeks kebahagiaan.
Kombinasi antara produk domestik bruto (PDB) per kapita yang tinggi, ekpektasi tentang kehidupan yang sehat, kebebasan, hingga persepsi korupsi menjadi indikator utama bagi lembaga tersebut untuk menempatkan negara-negara tersebut dalam ranking teratas