Bisnis.com, JAKARTA – Industri tempe dan tahu nasional akan berusaha untuk melakukan ekspor ke negara-negara Asia. Hal tersebut dilakukan melihat minat masyarakat global yang tumbuh akan produk hasil fermentasi kacang kedelai tersebut.
Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyatakan untuk memproduksi tempe dan tahu berkualitas ekspor para produsen tempe dan tahu lokal harus mengubah cara produksi menjadi lebih higienis. Dengan kata lain, alat-alat para produsen tempe dan tahu di dalam negeri harus merevitalisasi peralatan dari yang menggunakan drum-drum hasil penyimpanan pelumas dan minyak menjadi peralatan berbahan baja tanpa karat (stainless steel).
Ketua Gakoptindo Aip Syarifudin mengatakan kualitas tempe dan tahu ekspor yang dimaksud oleh para pengusaha adalah yang biasa konsumen nikmati di supermarket dan rumah sakit. Menurutnya, baru sekitar 0,01% dari total pengusaha tempe dan tahu yang memproduksi tempe berkualitas ekspor atau sekitar 20 produsen, Adapun, menurut Aip, jumlah produsen tempe dan tahu di dalam negeri berjumlah lebih dari 150.000 unit.
“Ekspor ini masih percobaan, jadi masih trial and error. [Misalnya,] ke Korea [Selatan] kemarin [kirim] satu kontainer. Kalau satu kontainer itu kan kira-kira Cuma 20 ton, kecil sekali,” ujarnya kepada Bisnis, belum lama.
Aip menambahkan masa percobaan ekspor tersebut diperkirakan akan rampung dalam 3—6 bulan ke depan. Setelah masa percobaan berakhir, lanjutnya, Gakoptindo akan mulai mengekspor 100—200 ton per bulan ke berbagai negara di Asia.
Menurut Aip, para perajin tempe dan tahu domestik dapat meningkatkan tingkat kesejahteraannya mengingat harga jual ekspor jauh lebih tinggi daripada harga jual tempe di pasar tradisional. Aip menghitung harga jual tempe dan tahu di pasar tradisional dibanderol di kisaran Rp12.000—Rp15.000 per kilo.
Adapun, harga jual di mal dan supermarket berada di kisaran Rp18.000—Rp25.000. Namun demikian, harga ual tempe ekspor naik signifikan menjadi sekitar Rp30.000—Rp40.000 per kilo atau naik lebih dari dua kali lipat dari penjualan di pasar tradisional.
Maka dari itu, Gakoptndo meminta Kementerian Perdagangan untuk membantu mempromosikan penjualan tempe dan tahu lokal melalui Indonesian Trade Promotion Center yang tersebar di hampir 50 negara di seluruh dunia.
Namun demikian, Aip memproyeksikan tingkat produsen yang dapat mengekspor produ tahu dan tempe baru akan bertambah menjadi 5%--10% dalam waktu 5—10 tahun ke depan. Dengan kata lain, produsen tempe dan tahu berkualitas ekspor akan bertambah menjadi 7.500—10.000 unit dalam 5—10 tahun.
Gakoptindo mencatat volume produksi tahu dan tempe tidak akan berubah dari tahun lalu atau sekitar 4 juta ton. Secara komposisi, lanjutnya, produksi tempe mendominasi sebesar 65% atau sebesar 2,6 juta, sedangkan produksi tahu berkontribusi sebesar 1,4 juta ton. Di sisi lain, produsen tempe berkontribusi sekitar 80% dari total produsen atau sekitar 120.000 unit produsen, sementara produsen tahu berjumlah sekitar 30.000 unit produsen.
Aip menyampaikan sebelumnya para produsen lokal juga telah berusaha mengekspor tempe dan tahu, namun masih secara sporadis. Gakoptindo, ujarnya, berharap dengan adanya inisiasi yang lebih terstruktur para banyak para pengusaha tempe dan tahu yang memproduksi produk berkualitas ekspor.
Aip berujar dengan adanya inisiasi ekspor tersebut para produsen belum akan menggenjot produksi di dalam negeri mengingat volumenya yang masih kecil.
Pengembangan Industri
Berdasarkan Peraturan Presiden no. 44/2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, industri tempe tidak dibuka bagi investor asing yang ingin menanamkan modalnya. Jika dihitung, industri tempe dalam negeri bernilai sekitar Rp48 triliun—Rp60 triliun pada akhir tahun lalu.
Hingga akhir 2018, Aip berujar baru ada satu korporasi besar yang bekerja sama dengan produsen tempe dan tahu lokal yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dengan produk Qtela tempe dan variannya. Namun, lanjutnya, baru satu produsen tempe yang bekerja sama dengan ICBP hngga akhir tahun lalu