Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI BAN : Strategi Indonesia Kejar Thailand di Posisi 5 Besar Eksportir

Indonesia, yang saat ini berada di peringkat 14 negara pengekspor produk ban, menargetkan lonjakan peringkat ke posisi lima yang kini diduduki oleh Thailand. Target ini akan dicapai dalam 10 tahun mendatang.
Balon promosi Goodyear di atas pabrik ban. /goodyear.
Balon promosi Goodyear di atas pabrik ban. /goodyear.

Bisnis.com, JAKARTA- Indonesia, yang saat ini berada di peringkat 14 negara pengekspor produk ban, menargetkan lonjakan peringkat ke posisi lima yang kini diduduki oleh Thailand. Target ini akan dicapai dalam 10 tahun mendatang.

"Dengan potensi sumber daya serta kondisi industri ban yang ada, Indonesia sewajarnya disejajarkan dengan Thailand yang saat ini menduduki peringkat kelima dunia," ujar Taufiek Bawazier, Direktur Kimia Hilir dan Farmasi Kementerian Perindustrian, Selasa (2/4/2019).

Indonesia berada di peringkat 14 eksportir ban dunia, dengan market share 2,28% dan nilai ekspor pada 2018 sebesar US$1,62 miliar. Adapun Thailan berada di peringkat lima dengan pangsa pasar 5,9% dan nilai ekspor US$4,4 miliar.

Padahal, Indonesia saat ini menjadi produsen karet alam kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Produksi Indonesia 3,63 juta ton, adapun Thailand memiliki kapasitas produksi 4,88 juta ton.

Untuk bisa mencapai target tersebut, dalam jangka pendek penetrasi perlu dilakukan pada tujuan pasar besar, antara lain Uni Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah, Afrika, Commonwealth of Independent States (CIS) atau negara-negara pecahan Uni Sovyet, negara Asia Tenggara, dan Australia.

"Tahun ini, target peningkatan ekspor ban sebesar 10%," ujarnya.

Dia menyebutkan permasalahan ekspor ke beberapa negara antara lain pemberlakuan anti dumping, seperti di Turki dan Mesir, dan juga penerapan non tariff preference karena absennya kerja sama perdagangan Indonesia dengan negara tersebut untuk produk ban.

Turki, misalnya, memberlakukan tarif Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) sebesar 25% untuk ban yang diimpor dari Indonesia. Ekspor ke Mesir dan negara-negara Commonwealth of Independent States (CIS) atau negara pecahan Uni Soviet, bea masuk impor ban dari Indonesia berkisar 10%--25%, lebih tinggi dari Uni Eropa atau Vietnam yang telah melakukan kerja sama perdagangan dengan negara-negara tersebut, sehingga bea masuk impor dapat mencapai 0%.

Adapun, upaya pemerintah untuk mendukung industri ban dan peningkatan ekspor antara lain menjaga ketersediaan bahan baku dan energi. Taufiek menuturkan sebagian bahan baku ban masih diimpor seperti karet sintetik, rubber processing oil (RPO), dan rubber chemicals.

"Kualitas pasokan listrik dan gas alam saat ini masih jauh di bawah negara-negara pesaing, seperti China dan Thailand," katanya.

Pemerintah juga mendukung industri dari sisi produktivitas SDM, kualitas dan kuantitas sarana pengangkutan ekspor atau pelayaran, dan perlindungan pasar dalam negeri untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper