Bisnis.com, JAKARTA – Rencana investasi di antara perusahaan-perusahaan Inggris merosot ke level terendahnya dalam delapan tahun di tengah pergolakan Brexit.
Menurut Kamar Dagang Inggris, British Chambers of Commerce (BCC), data tersebut menjadi salah satu di antara sejumlah ukuran kesehatan ekonomi Inggris yang melemah signifikan di tengah gejolak soal kebuntuan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dalam beberapa waktu terakhir.
Sebagaimana diberitakan Bloomberg, BCC hari ini, Selasa (2/4/2019), juga mengungkapkan neraca bisnis jasa yang melaporkan peningkatan penjualan ekspor mencapai nol pada kuartal pertama, level terlemah sejak 2009.
Pada saat yang sama, tingkat pesanan telah lebih menurun ketimbang meningkat, untuk pertama kalinya dalam delapan tahun. Para produsen juga menggambarkan awal yang sulit untuk tahun ini.
Survei terhadap lebih dari 7.000 perusahaan, yang mempekerjakan sekitar satu juta orang, menunjukkan penurunan tajam tingkat kepercayaan selama periode berlangsungnya perdebatan di antara para elite politik Inggris tentang cara terbaik untuk melakukan.
Neraca perusahaan yang melaporkan peningkatan cashflow pun turun di bawah nol untuk pertama kalinya sejak 2012.
“Pertumbuhan Inggris hampir terhenti pada kuartal pertama tahun 2019, ketika meningkatnya kekhawatiran terhadap Brexit dan melemahnya kondisi ekonomi global mendorong kemerosotan yang signifikan,” terang Suren Thiru, head of economics di BCC.
“Sejumlah indikator sayangnya tampak suram dengan melemahnya pesanan, tingkat kepercayaan, dan rencana investasi yang menunjuk pada pertumbuhan kecil selama kuartal-kuartal mendatang, kecuali jika ada langkah besar yang diambil,” lanjutnya.
Pada Senin (1/4/2019), Parlemen Inggris kembali gagal mencapai kesepakatan mayoritas terkait rencana alternatif Brexit, sehingga menimbulkan ketidakjelasan sebelum negara itu memisahkan diri dari Uni Eropa dalam batas waktu sekitar dua pekan ke depan.
Uni Eropa telah menetapkan batas waktu 12 April bagi Inggris untuk menyetujui persyaratan pemisahan diri seperti yang diajukan Perdana Menteri Theresa May, kecuali ada alternatif jika tidak ingin rencana itu gagal.
Anggota Parlemen Inggris sebelumnya sudah tiga kali menolak kesepakatan soal Brexit sehingga hal itu menjatuhkan wibawa pemerintahan.
Menteri urusan Brexit Steve Barclay mengisyaratkan bahwa pemerintah sepakat untuk dilakukan voting lanjutan pekan ini dan menghindari penundaan lebih lama untuk Brexit.
Dia memperingatkan bahwa jika tidak dicapai kesepakatan, maka posisi hukumnya adalah Inggris akan meninggalkan UE hanya dalam waktu 11 hari tanpa kesepakatan. Opsi itu disebut oleh para ahli dapat menyebabkan gangguan ekonomi yang sangat besar antara Inggris dan Uni Eropa.
Sementara itu, Uni Eropa akan mengadakan KTT darurat pada 10 April mendatang dan mengingatkan bahwa Inggris berisiko mengakhiri hubungan dengan mitra dagang terbesarnya itu dua hari kemudian.