Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Pakan Ikan & Udang Lirik Pasar Ekspor

Produsen pakan ikan dan udang dalam negeri mulai melirik pasar ekspor meskipun saat ini produksi pakan dalam negeri dinilai masih kurang kompetitif jika dibandingkan dengan barang dari Vietnam.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen pakan ikan dan udang dalam negeri mulai melirik pasar ekspor meskipun saat ini produksi pakan dalam negeri dinilai masih kurang kompetitif jika dibandingkan dengan barang dari Vietnam.

Ketua Divisi Akuakultur Gabungan Perisahaan Makanan Ternak (GPMT) Haris Muhtadi menyebutkan saat ini ada sejumlah negara seperti Malaysia yang mengimpor pakan ikan dan udang dari Vietnam lantaran harganya yang kompetitif.

“Nampaknya memang entah struktur industrinya seperti apa, produksi Vietnam lebih kompetitif. Jadi, beberapa negara di luar Indonesia seperti Malaysia itu banyak memakai produk produk dari Vitenam,” katanya kepada Bisnis, Selasa (26/3/2019).

Kendati demikian, kata haris, saat ini salah satu anggota GPMT tengah meretas jalan untuk bisa mengekspor pakan ikan dan udang ke Myanmar dan Malaysia. Hari yakin, jika digarap dengan serius, produsen pakan dalam negeri bisa menghasilkan produk dengan daya saing tinggi.

Salah satu strategi yang akan dilancarkan untuk menghadapi persaingan dengan Vietnam adalah dengan memanfaatkan teknologi.

“Minimalisasi [biaya/harga]melalui teknologi formulasi. Artinya, formulai yang bagus kan membuat efisien. Jika [cara meracik bahan pakan] benar kan lebih efisien harganya. Kedua, pemakaian mesin yang lebih bagus juga membuat kompetitif,” ujarnya.

Sebagai tahap awal, untuk tahun ini, ekspor pakan ke kedua negara diharapkann bisa mencapai 5.000 ton untuk pakan  udang dan 10.000 ton untuk pakan ikan.

Sebelumnya, GPMT memprediksi serapan pakan udang akan mengalami penurunan sekitar 2%—3% pada semester I/2019 dibandingkan dengan kinerja pada periode yang sama tahun lalu.

Adapun, penjualan pakan udang lokal sepanjang 2018 tercatat mencapai 142.182 ton dan pakan impor sebanyak 24.000 ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper