Bisnis.com, JAKARTA – Ethiopian Airlines mengungguli banyak maskapai penerbangan dengan menjadi salah satu yang pertama memasang simulator untuk mengajarkan pilotnya bagaimana menerbangkan pesawat Boeing 737 Max 8.
Keberadaan simulator itu selayaknya menimalisir masalah-masalah dalam penerbangan, utamanya yang berhubungan dengan kecakapan pilot mengudara.
Namun, informasi terbaru dari sumber terkait menyibak fakta ironis sebelum pesawat Boeing 737 Max 8 nomor penerbangan ET 302 yang dioperasikan maskapai tersebut terhempas ke daratan dekat Addis Ababa, Ethiopia, pada 10 Maret 2019.
Menurut sumber terkait yang mengetahui operasional Ethiopian Airlines, kapten pilot pesawat ET 302 tidak pernah menjalani pelatihan simulator itu, sebagaimana diberitakan The New York Times.
Sumber tersebut, yang identitasnya dirahasiakan karena pihak Ethiopian Airlines tidak mengizinkan informasi ini terungkap, mengatakan bahwa Ethiopian Airlines telah menjalankan simulator Max 8 pada Januari, dua bulan sebelum penerbangan ET 302 jatuh.
Produsen pesawat model ini, Boeing Co., telah mengutarakan bahwa pilot yang berpengalaman menerbangkan jenis 737 membutuhkan sedikit pelatihan untuk model Max 8. Pernyataannya itu kini tengah diperiksakan oleh pihak otoritas regulator.
Menurut seorang sumber, pilot Ethiopian Airlines ET 302, Yared Getachew, yang memiliki 8.000 jam pengalaman terbang termasuk untuk Boeing 737, menjalani pelatihan penyegaran pada simulator yang berbeda pada akhir September dan awal Oktober 2018.
Getachew tidak dijadwalkan menjalani pelatihan simulator lebih lanjut hingga kecelakaan yang merenggut nyawanya terjadi pada 10 Maret.
Tidak diketahui dengan pasti apakah co-pilot ET 302, yang mendampingi Getachew saat itu, telah menjalani pelatihan simulator Max 8. Tidak jelas pula apakah Ethiopian Airlines menggunakan simulator itu untuk pelatihan penyegaran yang harus dijalani pilot setiap enam bulan, atau hanya digunakan untuk melatih pilot-pilot baru.
Tetap saja, penggunaan simulator itu oleh Ethiopian Airlines menunjukkan fakta bahwa maskapai ini adalah salah satu dari sedikit maskapai penerbangan di dunia yang tidak hanya memiliki simulator untuk jet Boeing Max tetapi juga menggunakannya beberapa bulan sebelum kecelakaan dialami ET 302.
Dua Tragedi
Kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines nomor penerbangan ET 302 terjadi hanya berselang sekitar lima bulan setelah pesawat Lion Air dengan tipe sama jatuh di perairan Laut Jawa, Indonesia, pada 29 Oktober 2018. Seperti ET 302, pesawat Lion Air JT 610 jatuh tak lama setelah lepas landas dan menewaskan seisinya.
Badan investigasi kecelakaan udara Prancis, BEA, pada Selasa (19/3) mengatakan, rekaman data penerbangan dalam kecelakaan Ethiopian Airlines pertengahan Maret ini yang menewaskan 157 orang menunjukkan "kesamaan yang jelas" dengan bencana Lion Air.
Terlepas dari pernyataan Boeing mengenai keamanan pesawat 737 Max, dua kecelakaan itu telah menimbulkan pertanyaan tentang apakah Boeing dan regulator penerbangan Amerika, Federal Aviation Administration (FAA), memberi pelatihan yang cukup kepada pilot tentang bagaimana menangani fitur-fitur baru Max 8, khususnya sistem otomatis untuk mencegah keadaan stall.
Boeing mengatakan bahwa pilot-pilot yang telah menerbangkan model-model sebelumnya tidak memerlukan pelatihan simulator tambahan, bahkan setelah kecelakaan pesawat Lion Air terjadi pada Oktober. Hal ini pun disetujui oleh FAA.
Banyak pilot mempelajari fitur-fitur baru Boeing Max di iPad, dan banyak yang awalnya tidak diberitahu tentang keberadaan sistem otomatis, yang dapat mendorong hidung pesawat ke bawah jika mendekati keadaan stall.
Kedua pesawat Ethiopian Airlines dan Lion Air itu jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dan menunjukkan osilasi naik-turun yang sama sebelum menukik tajam.
Fokus utama dari investigasi penyelidik Indonesia adalah kemungkinan bahwa sistem otomatis mendorong hidung pesawat turun dan menukik tajam karena input yang tidak akurat dari sensor.
Bahkan jika pilot penerbangan ET 302 menjalani pelatihan simulator untuk Boeing 737 Max, tidak jelas apakah persiapan seperti itu akan mencakup manuver untuk menangani jenis masalah yang mungkin mereka hadapi.
Menurut sumber terkait dengan Ethiopian Airlines, setelah Lion Air jatuh, Ethiopian Airlines juga berbagi dengan para pilotnya instruksi Boeing tentang bagaimana menangani masalah-masalah yang tampaknya dihadapi para pilot Lion Air.
Dalam sebuah buletin yang diterbitkan pada November 2018, Boeing mengatakan bahwa prosedur-prosedur darurat yang diterapkan pada model 737 sebelumnya akan dapat memperbaiki masalah yang mungkin berkontribusi pada kecelakaan Lion Air Max 8 di Indonesia.
Sejumlah pilot untuk Ethiopian Airlines mengungkapkan mereka mencermati buletin-buletin yang diterbitkan oleh produsen-produsen pesawat, terutama setelah kecelakaan itu.
MCAS
Kecelakaan Ethiopian Airlines telah membawa pemeriksaan baru terhadap sistem yang ditempatkan oleh Boeing pada model jet Max barunya untuk mencegah keadaan stall, bernama MCAS atau Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver.
Sistem ini dirancang untuk mengkompensasi perubahan aerodinamika yang muncul dari perubahan ukuran dan posisi mesin pada sayap.
Pilot pesawat Lion Air yang jatuh pada Oktober tampaknya tidak paham mengapa pesawat yang dikendalikannya turun ke bawah dan bagaimana cara memperbaiki masalah itu. Menurut rekaman suara kokpit, satu pilot sibuk membalik-balik manual, sedangkan yang lainnya mulai berdoa.
Penyelidikan untuk menentukan apa yang menyebabkan kecelakaan di Ethiopia sendiri masih tengah berlangsung.
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam sistem MCAS adalah bagian dari penyelidikan itu. Pihak berwenang di Ethiopia telah mengatakan bahwa tinjauan awal terhadap kotak hitam, rekaman suara, dan data penerbangan mengungkapkan kesamaan dengan kecelakaan di Indonesia.
Namun, para pakar penerbangan telah memperingatkan bahwa kesimpulan apa pun pada tahap investigasi ini dapat berubah.
Pada Rabu (20/3/2019) di Washington, FAA menerbitkan notifikasi kepada badan regulator di negara-negara lain yang menyatakan bahwa Boeing sedang mempersiapkan upgrade software untuk 737 Max bersama dengan pelatihan yang menyertai upgrade tersebut. FAA mengatakan tinjauan atas software baru dan pelatihan menjadi prioritasnya.
Notifikasi dari FAA tidak mengungkapkan informasi baru tentang apa yang mungkin menyebabkan kecelakaan di Ethiopia.
“Memahami kondisi yang berkontribusi terhadap kecelakaan ini sangatlah penting dalam mengembangkan tindakan-tindakan lebih lanjut dan mengembalikan layanan pesawat ini,” papar FAA.
Seiring dengan penyelidikan yang tengah dijalani Boeing dan FAS, subkomite Senat AS tentang penerbangan dan ruang angkasa mengatakan pihaknya merencanakan mengadakan sesi dengar pendapat mengenai keselamatan maskapai.
“Mengingat tragedi baru-baru ini di Ethiopia dan larangan operasional pesawat Boeing 737 Max, sidang ini akan memeriksakan tantangan-tantangan untuk keadaan keselamatan penerbangan komersial, termasuk kekhawatiran khusus yang disoroti oleh kecelakaan baru-baru ini,” tutur subkomite dalam sebuah pernyataan.