Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Tahan Suku Bunga, Sri Mulyani: Artinya Mereka Peduli

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berpendapat proyeksi tersebut akan baik untuk ekonomi global. Menurutnya, pasar akan menjadi lebih tenang ketimbang tahun 2018, ketika bank sentral AS tersebut menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan terkait realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (19/3/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan terkait realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (19/3/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA – Proyeksi tidak adanya kenaikan suku bunga sepanjang tahun 2019 oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS) menarik respons positif.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berpendapat proyeksi tersebut akan baik untuk ekonomi global. Menurutnya, pasar akan menjadi lebih tenang ketimbang tahun 2018, ketika bank sentral AS tersebut menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali.

“Ini menunjukkan bahwa mereka peduli dengan perlambatan ekonomi baik di AS maupun seluruh dunia,” ujar Sri Mulyani kepada awak media, seperti dilansir Reuters.

Dalam pertemuan kebijakan moneternya yang berakhir pada Rabu (20/3/2019) waktu setempat, The Fed menunjukkan sikap yang lebih akomodatif.

Otoritas moneter AS tersebut mengindikasikan tidak adanya kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini. Selain itu, The Fed juga mengatakan akan menghentikan laju penurunan stabil terhadap neraca bank sentral pada bulan September mendatang.

Para pembuat kebijakan mengatakan patokan suku bunga The Fed, atau Fed Funds Rate, kemungkinan akan tetap pada tingkat saat ini antara 2,25% dan 2,50% setidaknya sepanjang tahun ini.

Perubahan itu dinilai agresif sehingga mengejutkan para ekonom karena pada September tahun lalu The Fed berencana menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2019.

Proyeksi ekonomi yang dirilis pada hari Rabu (20/3) menunjukkan para pembuat kebijakan memperkirakan ekonomi AS hanya tumbuh 2,1% pada tahun 2019, jauh di bawah pertumbuhan sekitar 3% pada tahun 2018 dan yang menurut pemerintahan Trump akan terus berlanjut.

Dalam pertemuan kali ini, The Fed juga menegaskan kembali bahwa mereka akan "bersabar" sebelum menaikkan atau menurunkan suku bunga lagi.

"Mungkin perlu waktu sebelum prospek lapangan kerja dan inflasi jelas untuk membuat satu perubahan kebijakan," kata Gubenur bank sentral AS, Jerome Powell kepada wartawan.

Dia juga mengatakan bahwa pertumbuhan global yang telah menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi AS, mulai melambat terutama di Eropa dan China.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berakhir hari ini, Kamis (21/3/2019).

“Keputusan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik,” terang Perry dalam paparannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper