Bisnis.com, JAKARTA – Mahalnya bahan baku sutera membuat para perajin sutera satu per satu gulung tikar. Selain harganya bahan baku yang mahal, mereka harus menjual barang jadi tersebut dengan harga yang lebih tinggi lagi. Benang Cupro asal Jepang menjadi bahan baku alternatif.
Benang cupro adalah serat selulosa regenerasi serat pendek yang menempel di biji kapas. Dengan kata lain, benang cupro merupakan yang terbuat dari limbah pembuatan benang kapas.
Salah satu sentra perajin sutera yang mulai bertransisi menggunakan benang cupro adalah Wajo di Sulawesi Selatan. Seperti diketahui, Sulawesi Selatan merupakan pemasok utama kain sutera utama dalam negeri atau sekitar 90% dari konsumsi nasional.
Fitriani Kuroda, President Director PT MilangKori Persada-importir benang cupro, mengatakan karena berasal dari limbah kapas, benang cupro dibanderol seperempat dari harga benang sutera yakni Rp389.000 per kilogram. Namun, benang cupro memiliki beberapa karakteristik benang sutera yaitu berkilau dan lembut.
“[Selain itu, ada karakteristik yang] benang sutera tidak punyai, [kain dari benang cupro] sejuk dipakai, menyerap warna dengan sangat kuat, nyaman di semua musim, dan ramah lingkungan,” paparnya, Rabu (20/3/2019).
Fitriani melihat banyak konsumer yang mulai menghindari sutera mengingat cara pembuatan benang sutera menggunakan ulat sutera dan membunuh ulat sutera tersebut. Selain itu, lanjutnya, permintaan kain sutera yang tumbuh setiap tahunnya membuat para produsen bahan baku mengeksploitasi ulat sutera.
Menurut Fitriani, perseroan sudah mulai menyosialisasikan penggunaan benang cupro sejak satu setengah tahun yang lalu. Masuknya benang cupro tersebut diinisiasi oleh peringatan 60 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang.
Dalam peringatan tersebut, kedua negara ingin ada sebuah kolaborasi pada sektor industri. Alhasil, diputuskan untuk menggunakan benang cupro dalam pembuatan kain tenun dan batik dalam negeri.
Sejak mulai disosialisasikan pada awal tahun lalu, Fitriani mencatat volume benang cupro yang diimpor baru mencapai 7 ton. Adapun, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat volume impor benang sutera sebesar 208 ton pada akhir tahun lalu.