Bisnis.com, JAKARTA – Dalam menentukan tempat tinggal, kaum milenial akan emnjadikan bangunan hijau sebagai pertimbangan mereka, termasuk ketertarikannya kepada gedung-gedung yang sudah tersertifikasi green building.
Berdasarkan studi EcoPulse 2016 Shelton group menemukan bahwa terdapat 76% millenials khawatir terhadap dampak perubahan iklim bumi serta kualitas hidup mereka, dan 82% sangat khawatir terhadap dampak perubahan iklim pada kehidupan anak anak mereka.
Iwan Prijanto, Chairperson dari GBC Indonesia mengatakan bahwa Green Building masuk dalam kategori bangunan pintar yang bertujuan bukan hanya sebagai Sustainable, tetapi juga sebagai 'kelanjutan peradaban manusia kedepan.'
"para pelaku bangunan dan properti perlu untuk segera beralih menuju bangunan pintar, ini bukan persoalan market tetapi keberlangsungan peradaban manusia kedepan," ujarnya pada Rabu, (13/3/2019).
Menurut data dari Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), wilayah perkotaan akan semakin dipenuhi oleh 67,1% penduduk Indonesia pada 2045 yang diperkirakan akan mencapai 318 juta jiwa.
Tingginya urbanisasi akan berpengaruh langsung terhadap tingginya kebutuhan pembangunan residensial dan gedung komersial untuk memenuhi kebutuhan hunian dan fasilitas pendukung lainnya seperti gedung perkantoran, mall dan lain sebagainya.
Baca Juga
"Hampir semua pengembang sudah memiliki portfolio tentang green building meskipun masih sangat minor. Tetapi juga ada pengembang yang sungguh-sungguh serius bahkan bergerak agar kawasannya menjadi green building," ujarnya.
Menurut Iwan, hal ini sudah mulai menjadi pekerjaan rumah untuk para pengembang, Iwan berharap agar para pengembang tidak 'ketinggalan kereta' dan tiba-tiba menjadi 'unsolid.'