Bisnis.com, JAKARTA - Ikan hias didorong menjadi salah satu komoditas penggerak perekonomian di sektor budi daya perikanan.
Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 4.300 spesies ikan hias. Namun, baru sekitar 30 spesies atau tak sampai 1% diantaranya yang sudah dikembangkan dan diperdagangkan saat ini baik di dalam dan luar negeri.
“Sebanyak 4.300 spesies harus dikembangkan menjadi komoditas perdagangan bangsa Indonesia. Menjadi sumber pendapatan, sumber pertumbuhan ekonomi, sekaligus mungkin dengan kemampuan inovasi dan teknologi kita bisa mencari manfaat lain selain sebagai ikan hias,” kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDM-KKP) Sjarief Widjaja pada akhir pekan.
Dari sekitar 4.270 lebih spesies yang saat ini belum menjadi perhatian, dirinya berharap pada tahun ini ada 100 spesies yang bisa dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber pencaharian baru bagi masyarakat.
Untuk itu, pihaknya pun telah menyiapkan beberapa skema yang bisa dipraktikkan guna mendukung pengembangan ikan hias ini sebagai sumber pendapatan baru bagi masyarakat.
Salah satunya adalah dengan menerapkan konsep inti dan plasma. Dalam hal ini, Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok akan menjadi inti yang melakukan penelitian terkait pengembangan ikan hias ini.
Adapun sebagai plasma, masyarakat akan dilibatkan dalam pengembangbiakan atau budidaya ikan hias. Dengan demikian masyarakat diharapkan bisa menghasikan ikan hias dengan kualitas terbaik.
Salah satu hal yang akan dilakukan adalah bekerja sama dengan Otoritas Pengelola Waduk Cirata. Masyarakat di sekitar waduk ini yang tertaruk akan didorong untuk beralih profesi dari nelayan keramba jaring apung menjadi pembudidaya ikan hias.
“Di samping kita mengembangkan culture base fisheries di Waduk Cirata, kita kombinasikan dengan ikan hias sebagai sumber pencaharian baru menggantikan KJA,” ujarnya.
Dia juga mengeaskan bahwa dalam produksi ikan hias ini nantinya akan ada sertifikasi terkait ketertelusurannya. Dengan demikian, komoditas ini diharapkan bisa diterima oleh pasar internasional.
Saat ini, menurut Sjarief, dengan memperdagangkan 30 jenis ikan hias, pangsa pasar Indonesia di pasar global baru mencapai 7%.
Dengan pembiakan melalui budi daya dan adanya prinsip ketertelurusan, Indonesia diharapkan bisa menguasai setidaknya 20% pangsa pasar ikan hias dunia dengan bertambahnya 100 jenis ikan hias yang diperdagangkan dari Indonesia.
Kendati demikian, Sjarief menilai niat budi daya dalam skala besar saja tak cukup. Ada beberapa hal yang mesti dipenuhi guna memastikan kesusesan upaya ini seperti penyediaan bibit unggul, vaksin, indukan unggul, pakan, domestikasi, teknologi pasca panen, dan juga pemasaran atau marketingnya.
Untuk itu, selain melakukan penelitian pihaknya juga akan mengembangkan laboratorium vaksin di BRBIH Depok. Balai ini, Kata Sjarief juga dilengkapi dengan laboratorium uji, green house, dan pusat produksi maggot sebagai pakan ikan dan sumber protein untuk kebutuhan lain.
Terkait pengembangan maggot, pihakya pun berkolaborasi dengan sejumlah pihak seperti PT Biomagg Sinergi International, dan Politeknik Negeri Semarang.
“Saya undang Politeknik Perikanan karena mereka punya tanah hampir 7 hektare [ha] di sekitar Bandara Juanda. Itu bisa dikembangkan untuk maggot,” ujarnya.
Untuk mendukung produksi maggot ini, pihaknya juga akan bekerja sama dengan pemerintah daerah khususnya Surabaya dan Sidoarjo untuk mendatangkan limbah sebagai medium pengembang biakan maggot.