Bisnis.com, JAKARTA—Penghentian sementara rute penerbangan Bandara Silangit-Kuala Lumpur oleh maskapai penerbangan AirAsia dengan alasan faktor penumpang atau load factor seharusnya menjadi bahan evaluasi atas industri pariwisata Danau Toba.
Demikian dikemukakan oleh pengamat pariwisata Sanggam Hutapea menyikapi keputusan yang dinilai akan merugikan industri pariwsiata nasional tersebut, Jumat (8/3/2019).
“Penghentian rute penerbangn internasional ini, bagi Kementerian Pariwisata, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan tujuh Pemda Kabupaten yang berada di kawasan Danau Toba, seharusnya menjadi pemantik melakukan evaluasi menyeluruh tentang produk pariwisata kawasan Danau Toba,” ujarnya.
Bandara Silangit merupakan bandara yang berada di kawasan Danau Toba yang dirancang untuk memacu kunjungan wisatawan ke wilayah itu.
Sanggam menilai upaya pemerintah membenahi kawasan Danau Toba guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan sangat membutuhkan terobosan yang luar biasa, terutama mendefinisikan produk dan promosi wisata Danau Toba.
Menurut Sanggam, sejak pemerintah menetapkan Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata, sampai sekarang belum ada bentuk produk wisata kawasan Danau Toba.
"Jujur, sesungguhnya sampai sekarang produk wisata Danau Toba itu belum terdefinisikan dengan bagus. Apa sebenarnya produk wisata Danau Toba, apakah keindahan alam, kuliner, budaya , atau yang lain?,” ujarnya.
Dia menyebutkan bahwa di putuskan produk wisata Danau Toba adalah keindahan alam, maka dititik-titik mana wisatawan harus dibawa. Sedangkan kalau produk wisata budaya yang ingin disasar maka budaya seperti apa yang akan kita tonjolkan?," katanya.
Pada bagian lain, dalam menentukan produk wisata Danau Toba, Sanggam juga menilai belum melihat banyak peran Pemerintah Daerah, khususnya Pemda di wilayah kawasan Danau Toba.
Padahal, keberadaan BPODT sebagai wakil pemerintah pusat di kawasan Danau Toba hanya membuat konsep , sedangkan yang mengeksekusi produk produk itu sejatinya adalah Pemda di kawasan Danau Toba itu sendiri.
Dari sisi promosi, Sanggam mempertanyakan apakah promosi pariwisata Danau Toba dilakukan diluar negeri atau di dalam negeri.
Lazimnya, menurut Sanggam, untuk promosi kawasan wisata baru penopangnya itu adalah pasar dalam negeri. Sedangkan , kalau pasar luar negeri masih membutuhkan waktu.
Karenanya, Sanggam lebih mendorong promosi diintensifkan untuk pasar domestik dengan melakukan rekayasa-rekayasa mendatangkan wisatawan domestik ke Danau Toba.