Bisnis.com, JAKARTA -- Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) memproyeksikan industri grafika akan tumbuh sekitar 10% pada akhir tahun. Pertumbuhan tersebut ditopang dengan adanya pemilihan umum dan pertumbuhan industri rumahan.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PPGI Ahmad Mughira Nurhani mengatakan salah satu pendorong pertumbuhan tersebut adalah permintaan pencetakan surat suara untuk pemilihan umum (Pemilih) kursi legislatif dan eksekutif.
Menurutnya, pemerintah melakukan lindung nilai harga kertas untuk mengantisipasi fluktutuasi harga kertas yang berdenominasi dolar Amerika Serikat.
"Kami dari jauh-jauh hari sudah rapat antara Kementerian Perindustrian, KPU [Komisi Pemilihan Umum], APKI [Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia] dan PPGI menyepakati harga kertas suara dengan harga khusus," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (5/3/2019).
Mughi menambahkan hasil rapat tersebut diputuskan bahwa harga kertas untuk kertas suara adalah Rp14.000--Rp14.500 per kilogram. Adapun, ujarnya, harga kertas saat ini dibanderol di kisaran Rp15.000--Rp16.000 per kilogram.
Baca Juga
Menurutnya, harga kertas khusus tersebut telah disesuaikan dengan anggaran KPU. Selain itu, lanjutnya, APKI setuju untuk menyiapkan 45.000 ton kertas untuk kebutuhan surat suara. Dengan kata lain, KPU mengucurkan dana sekitar Rp630 miliar--Rp652 miliar untuk surat suara dalam Pemilu tahun ini.
Mughi mengutarakan 15 percetakan yang tergabung dalam 6 konsorsium telah mengirim 50% dari total surat suara ke penjuru negeri. Mughi optimis konsorsium tersebut dapat memenuhi permintaan surat suara hingga 17 Maret mendatang.
Mughi mengemukakan pendorong pertumbuhan industri lainnya datang dari lonjakan permintaan percetakan kemasan. Menurutnya, menggeliatnya industri rumahan akan berkontribusi cukup besar terhadap peningkatan industri percetakan pada tahun ini.
Percetakan Buku Menurun
Di sisi lain, Mughi berujar masih ada mismatch antara anggaran yang disiapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan harga kertas di pasaran. Mughi menguraikan Kemendikbud menganggarkan harga kertas sejumlah Rp13.000 per kilogram. Artinya, terdapat perbedaan sekitar Rp2.000--Rp3.000 terhadap harga kertas di pasaran.
Asosiasi, ujarnya, telah melayangkan surat kepada Kemendikbud untuk membicarakan penyesuaian harga tersebut. "Mudah-mudahan kalau Kemendikbud bisa duduk bersama APKI, bisa di-share harga kertas khusus untuk buku pelajaran."
Mughi memaparkan pada saat ini permintaan percetakan buku pelajaran masih landai. Pasalnya, lanjutnya, permintaan buku pelajaran biasanya masuk sebulan sebelum tahun ajaran baru dimulai pada Juli.
Namun demikian, ujarnya, Asosiasi memperkirakan permintaan buku ajaran pada tahun ini hanya untuk mengganti buku ajaran yang rusak alih-alih penambahan buku ajaran baru.
Mughi mensimulasikan dari 1.000 buku ajaran di satu sekolah, buku ajaran rusak hanya akan berkisar 30--200 eksemplar.