Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi melambat ke kisaran 5% pada tahun ini, seiring dengan perlambatan global yang didorong oleh penurunan performa ekonomi di China, AS dan Eropa.
Perlambatan ekonomi global ini dipengaruhi oleh upaya delevaraging China serta perang dagang yang dilancarkan oleh AS terhadap China dan sejumlah negara lain.
Senior Ekonom UBS Investement Bank untuk Regional Asean, Edward Teather menuturkan perlambatan ini menyebabkan negara-negara di kawasan Asean akan membukukan pertumbuhan yang sedikit melemah pada kuartal pertama tahun ini.
Namun, Indonesia dinilai jauh lebih baik dibandingkan negara-negara lain yang memiliki ekonomi terbuka atau bergantung kepada ekspor, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.
"Kabar baiknya Indonesia, kami melihat tidak akan terlalu sensitif mengalami perubahan. Kami memiliki motif perekonomian Indonesia akan menurun dari 5,2% [pembulatan] tahun lalu ke 5,0% pada tahun ini dan akan meningkat pada 2020," ujar Edward, Selasa (05/03/2019).
Kuatnya ekonomi Indonesia sebagian besar ditopang oleh faktor pendorong ekonomi Tanah Air yang ditopang oleh konsumsi dan investasi. Selain perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dampak dari kenaikan suku bunga Bank Indonesia selama tahun lalu. Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin ke level 6% pada tahun lalu.
Sementara itu, Edward mengungkapkan pihaknya melihat defisit transaksi berjalan akan menurun dari 3% (2,98%) menjadi
2,6% pada tahun ini. Hal ini dipicu oleh penurunan impor dan pertumbuhan ekspor yang moderat pada 2019.
Namun, dia melihat ekspor berpotensi naik jika Federal Reserve (Fed) kembali mengarah sedikit hawkish pada semester kedua tahun ini seiring dengan perang dagang yang selesai.
Di sisi lain, Edward mengungkapkan Fed yang dovish akan membantu menstabilkan pasar keuangan global dan nilai tukar serta menurunkan imbal hasil obligasi dunia. Kondisi ini juga akan menolong Indonesia untuk membiayai defisit di dalam transaksi berjalannya.
"Defisit transaksi berjalan tidak lagi menjadi masalah karena defisitnya bisa dibiayai dengan mudah," katanya.