Bisnis.com, JAKARTA - Garuda Indonesia Grup menilai tarif kargo udara atau surat muatan udara (SMU) saat ini sudah sesuai dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh maskapai sehingga tidak akan ada penyesuaian walaupun harga avtur sudah turun.
VP Corporate Communication Garuda Indonesia, Ikhsan Rosan menuturkan penaikan tarif SMU beberapa waktu sebelumnya sudah menyesuaikan dengan biaya yang dikeluarkan oleh maskapai sehingga tidak dapat diturunkan.
"Karena memang harga tarif kargo rugi, sekarang sudah sesuaikan dengan harga modal biaya. Harga Avtur kita sudah sesuaikan di harga tarif tiket, kalau harga kargo memang harga yang harus disesuaikan [ke atas] karena memang harga yang sebelumnya terlalu rendah," tuturnya saat Bisnis hubungi Kamis (21/2/2019).
Pilihan tersebut, lanjutnya, sudah mempertimbangkan pasar dan kemampuan perusahaan dalam mengangkut kargo dalam memenuhi biaya.
Ikhsan menjelaskan pertimbangan tersebut sebagai langkah agar perusahaan tidak mengalami kerugian, sebab penerbangan kargo masih belum menjadi fokus utama Garuda Indonesia. Menurutnya, kontribusi pendapatan dari kargo itu berkisar 10%-15% dari keseluruhan penerimaan.
Kargo pun, katanya, memanfaatkan lambung pesawat yang tidak begitu besar, untuk mengisi kekosongan dari penumpang. Dia menjelaskan, rata-rata dalam satu penerbangan, kargo hanya mencapai 3 ton.
"Saya mau bilang sejak dulu secara umum besaran revenue kargo itu 10%--15%, harga kargo itu sebenarnya tanda kutip dibandingkan penumpang yang kita angkut, tidak begitu besar, kargo masih di perut pesawat," jelasnya.
Sementara itu, dia enggan mengomentari tarif yang dipasang oleh jasa pengiriman ekspres dan dengan tarif SMU yang dikenakannya.
Ikhsan menjelaskan pertimbangan tersebut sebagai langkah agar perusahaan tidak mengalami kerugian, sebab penerbangan kargo masih belum menjadi fokus utama Garuda Indonesia. Menurutnya, kontribusi pendapatan dari kargo itu berkisar 10%-15% dari keseluruhan penerimaan.
Kargo pun, katanya, memanfaatkan lambung pesawat yang tidak begitu besar, untuk mengisi kekosongan dari penumpang. Dia menjelaskan, rata-rata dalam satu penerbangan, kargo hanya mencapai 3 ton.
"Saya mau bilang sejak dulu secara umum besaran revenue kargo itu 10%--15%, harga kargo itu sebenarnya tanda kutip dibandingkan penumpang yang kita angkut, tidak begitu besar, kargo masih di perut pesawat," jelasnya.
Sementara itu, dia enggan mengomentari tarif yang dipasang oleh jasa pengiriman ekspres dan dengan tarif SMU yang dikenakannya.