Bisnis.com, JAKARTA — PT Medco Energi Internasional Tbk. menantikan restu pemilik saham mayoritas Ophir Energy Plc atas kesepakatan akuisisi senilai 390,6 juta pound sterling atau setara US$510 juta pada akhir Maret mendatang.
Presiden Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk. Hilmi Panigoro mengatakan untuk mengambil alih perusahaan publik, seperti Ophir Energy Plc, memerlukan penentuan lewat voting mayoritas pemilik saham.
“Kalau take over perusahaan publik itu ada tata kramanya, jadi kami harus ikut tata karma yang dibuat oleh otoritas di sana. Kalau mayoritas menerima, [berarti] selesai, tapi kalau menolak tidak jadi,” ujarnya seusai mengikuti Seminar Energi 2019 yang digelar oleh Ikatan Alumni Teknik Geologi ITB, Selasa, (19/2/2019).
Akhir Januari lalu, emiten dengan kode MEDC ini akhirnya menyepakati akuisisi Ophir Energy Plc. Senilai 390,6 juta pound sterling atau setara US$510 juta.
Harga yang disepakati antara Medco Energi dan Ophir Energy tidak murah-murah amat mengingat, grup milik Keluarga Panigoro tersebut harus merogoh kocek hingga 390,6 juta pound sterling untuk akuisisi 707 juta saham atau senilai 55 pence per lembarnya.
Hilmi menyebutkan voting pemilik saham mayoritas dijadwalkan selesai pada akhir Maret 2019. Menurutnya, jika nantinya mayoritas pemilik saham menyetujui, pihaknya sudah menyiapkan dana pembayaran.
Ketertarikan Medco Energi mengakuisisi Ophir, lanjut Hilmi, merujuk pada profil produksi dan cadangan migas yang ada, cocok dengan penawaran yang diajukan.
“Kalau ekspansi migas itu bisa dengan cara eksplorasi dan akuisisi. Nah akuisisi yang dicari itu produksi sama cadangan, menurut analisa kami produksi dan cadangan mereka cocok dengan matrik kita,” tambahnya.
Dengan masuknya Ophir Energy ke konsolidasi juga akan mengerek produksi MEDC ke level 116,7 Milion Barrel Oil of Equivalent Per Day (MBOEPD) dengan komposisi 90,3 MBOEPD dengan Blok A Aceh dan Ophir sebesar 27,0 MBOEPD.
Saat ini, Medco Energi menukangi beberapa blok migas di Tanah Air, yakni wilayah kerja Blok Senoro-Toili dengan (JOB Pertamina - Medco E&P Tomori Sulawesi), Blok Tarakan, Blok Rimau, Blok Lematang, dan Blok South Natuna Sea B.
Tahun ini, Hilmi mengaku mematok target produksi yang relatif sama seperti target produksi migas 2018. Setidaknya dua wilayah kerja yang dikelola Medco masuk dalam jajaran 10 besar lifting migas nasional pada 2018.
Dua WK tersebut adalah Medco E&P Natuna dengan lifting minyak 16.943 barel per hari (bph) dan gas bumi 29 boepd pada 2018, dan minyak di Medco E&P Rimau 8.234 bph.