Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) berharap rencana untuk menaikkan tarif sejumlah tol di Tanah Air agar dapat ditinjau kembali.
Pasalnya, kenaikan tarif tol tersebut bakal semakin memukul keberlangsungan bisnis para pelaku jasa kurir tersebut mengingat saat ini mereka sudah terbebani dengan adanya kenaikan yang signifikan dari tarif Surat Muatan Udara (SMU) atau kargo udara.
Budi Paryanta, Wakil Ketua Asperindo menilai bahwa rencana kenaikan tarif sejumlah tol di Tanah Air menjadi ancaman yang sudah menunggu bagi keberlangsungan usahanya bersama rekan rekannya yang lain di Asperindo.
"Satu lagu lagi ancaman yang sudah menunggu kami, yakni rencana kenaikan tarif tol. Padahal ketika udara naik, kami coba bertahan lewat darat, terutama untuk daerah yang masih bisa di jangkau dengan armada darat. Akan tetapi tarif tol pun bakal segera naik," terangnya, Senin (18/2/2019).
Seperti diketahui bahwa PT Jasa Marga Tbk (Persero) berencana akan menaikkan tarif 15 ruas jalan tol di sejumlah wilayah pada tahun ini.
Menurut Budi, seiring dengan melejitnya tarif kargo udara beberapa waktu terakhir ini, para pelaku jasa kurir telah berusaha bertahan dengan memaksimalkan jalur darat untuk wilayah yang memungkinkan, seperti di dalam Pulau Jawa.
"Kalau Lampung, Banjarmasin, Pontianak, masih bisa pakai kapal juga. Kalau yang ke Papua, Balikpapan, Aceh, dan Ambon, kan pasti tetap pakai udara. Tapi, ketika ini mau survive dengan armada darat, tarif tol juga mau naik," herannya.
Oleh sebab itu, pihaknya sangat berharap rencana kenaikan tarif tol tersebut juga dapat ditinjau kembali.
"Jadi ketika andalkan darat, maka tarif tol jangan naik juga, kalau tidak ya nanti bakal makin membunuh kami. Maju Kena mundur kena. Kita coba maju gak bisa tapi mundur kembali kepentok tembok lebih tinggi, ya repot," terangnya.
Pihaknya mengkhawatirkan, selain bakal berdampak pada penurunan bisnis, hal itu juga akan semakin membuat banyak anggota Asperindo gulung tikar.
Saat ini saja dengan meleburnya tarif karya udara, sudah terjadi penurunan shipment dari pelanggan sebesar 40% dan lantaran tidak mampu bertahan dengan itu, saat ini sudah terdapat empat perusahaan gulung tikar.
"Kami kira ini penurunannya bisa menjadi 50% dan akan banyak yang gulung tikar juga kalau dibiarkan. Harus ada solusi," ujarnya.