Bisnis.com, JAKARTA -- Kantor Wakil Presiden melakukan rapat koordinasi untuk mempercepat10 Bali baru menjadi kawasan wisata yang diandalkan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan dalam rapat koordinasi yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla, pemerintah membahas kendala yang dihadapi 4 wilayah super prioritas sebagai kawasan wisata andalan di luar Bali.
"Presiden [sudah] tetapkan 4 super prioritas yakni Danau Toba [di Sumatra Utara], Borobudur [di Jawa Tengah], kawasan Mandalika di [Nusa Tenggara Barat], serta Labuan Bajo, Pulau Komodo [di Nusa Tenggara Timur]," kata Arief di Kantor Wakil Presiden, Rabu (13/2/2019).
Menurut Arief dari empat kawasan super prioritas ini, maka Kawasan Borobudur menjadi fokus utama untuk dioptimalisasi agar mendatangkan wisatawan. Arief yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Telkom Tbk., ini menyebutkan kendala utama peningkatan kunjungan wisatawan ke Borodudur terutama terbatasnya akses penerbangan. Bandara yang ada di Yogyakarta saat ini hanya memiliki kapasitas 1,5 juta penumpang per tahun. Meski begitu, bandar udara ini telah melayani penumpang hingga 6 juta orang per tahunnya.
"Itu namnya nice problem. Maka [solusinya] kita punya bandara baru [New Yogyakarta International Airport/NYIA]. Tadi ditanya Wapres kapan kira-kira bandara baru diresmikan? Dalam rapat ada Menhub ada MenBUMN. [Jawabannya] Kira-kira diresmikan pada April 2019. Kalau bandara ada target [kunjungan ke Borobudur naik menjadi] 2 juta wisatawan dalam 5 tahun," katanya.
Dengan jumlah moderenisasi pintu udara menuju Borobudur ini, Arief meyakini Canddi yang menjadi warisan dunia itu dapat menyaingi kawasan candi Angkor Wat di Vietnam.
Sementara untuk kawasan lainnya, Arief menyebutkan kendala yang dihadapi relatif tidak seberat di Borobudur. Pemerintah bertekad akan menyelesaikan semua persoalan sehingga mendorong target devisa dapat direalisasikan.
"Defisa pariwisata 2018 diproyeksikan US$17 miliar . Sebelumnya pada 2017 sebesar US$15 miliar. Seberapa besar US$17 miliar. Kalau proyeksi benar kemungkinan pariwisata sudah menjadi penghasil devisa terbesar karena saat ini yang nomor satu CPO dengan US$16 miliar sampai US$17 miliar," katanya.