Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perkembangan Co-Housing Masih Terkendala

Konsep co-housing (community housing atau collaborative housing) sebenarnya sudah diperkenalkan di Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Namun, konsep yang memungkinkan untuk mendapat rumah secara lebih murah tersebut hingga kini masih kurang bergaung.

Bisnis.com, JAKARTA – Konsep co-housing (community housing atau collaborative housing) sebenarnya sudah diperkenalkan di Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Namun, konsep yang memungkinkan untuk  mendapat rumah secara lebih murah tersebut hingga kini masih kurang bergaung.

Vice President Coldwell Banker Dani Indra Bhatara mengatakan sejauh ini, konsep co-housing yang berkembang di Indonesia, yaitu terdapat sekelompok orang yang memiliki ketertarikan yang sama dan secara bersama-sama membangun hunian dalam satu kawasan yang sama dalam bentuk satu klaster kecil.

“Misalnya ada yang tertarik tinggal di kawasan, kemudian dia memiliki lahan 1 hektare, jadi dia akan mencari teman untuk membangun satu klaster kecil. Yang tinggal di sana cenderung mempunyai interest yang sama,” kata Dani kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Bahkan, sudah ada beberapa pihak yang menawarkan lahan tersebut secara umum melalui aplikasi. Dengan demikian, jika ada yang tertarik bisa langsung bersama membangun di kawasan yang sudah ditentukan.

Dia mengatakan untuk membangun rumah dengan konsep co-housing bisa menekan biaya ketimbang beli lewat pengembang.

Namun , dia menilai konsep ini masih belum cukup populer mengingat pembangunan co-housing memiliki risiko yang lebih besar karena konsepnya konsumen secara bersama-sama mencari lahan, membangun, dan membuat konsep sendiri.

“Harus ada kesepakatan, bagaimana mau mengelola klaster tersebut. Tentunya akan ada risiko yang lebih besar dan waktu yang lebih lama. Apalagi akan semakin sulit misalnya dengan orang yang tidak terlalu kenal. Ini akan susah menyatukan persepsi,” jelas dia.

Managing Director Elrafa Studio Setiadi mengatakan kendala dalam menerapkan co-housing adalah sulitnya membentuk satu komunitas yang berkomitmen untuk membangun bersama-sama di satu kawasan.

“Dimulai dari 2013, kami sudah mencari peminat co-housing, bahkan belum terealisasi hingga sekarang. Yang sudah berminat akhirnya mencari rumah sendiri-sendiri karena prosesnya lama dan pencarian lokasi yang sesuai untuk semua orang itu tidak mudah,” kata Setiadi kepada Bisnis, Senin (21/1/2019).

Dia mengatakan sangat susah menyatukan ide banyak orang, padahal dengan komunitas co-housing, orang  bisa membangun rumah sesuai dengan bujet mereka. Bahkan, semua faslilitas bisa disesuaikan dengan kebutuhan penghuni.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper