Bisnis.com, JAKARTA—PT Pertamina (persero) telah mempersiapkan floating storage atau tempat penyimpanan dan pencampuran mengambang untuk fatty acid methyl ester (FAME) di perairan Balikpapan, Kalimatan Timur.
Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur Pertamina Gandhi Sriwidodo mengatakan sebelumnya juga ada rencana pengadaan floating storage di Tuban, Jawa Timur, hanya saja lokasi itu tidak bisa direalisasikan lantaran tak memperoleh restu dari otoritas pelabuhan terkait kondisi perairan yang kurang baik.
Menurut Gandhi, dengan batalnya opsi Tuban sebagai salah satu lokasi pengadaan floating storage, maka perusahaan akan menambah 5 titik penyaluran FAME, dari rencana semula sebanyak 25 titik.
Pasalnya rencana mengoptimalkan implementasi perluasan mandatori B20 ke sektor non-PSO, dengan menyederhanakan titik tujuan penyaluran FAME dari badan usaha bahan bakar nabati (BU BBN) kepada PT Pertamina (Persero) dari 112 titik menjadi 25 titik, didasari pada asumsi bahwa akan adanya 3 lokasi floating storage.
“SatKalimantan aja sementara, karena itu paling besar, untuk memasok kebutuhan kalimantan dan sulawesi. Sisanya masing masing. Kayak fame di Wayame, yang buat disana,”katanya dikutip Jumat (11/1/2019).
Menurutnya dengan pengadaan di Kalimantan, maka semua Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BUBBN) yang memiliki alokasi di Balikpapan, dapat dipusatkan ke-wilayah itu.
Baca Juga
“Itu kan clustering beberapa lokasi di wilayah timur. Supaya lebih efisien. Daripada mereka kirim ke Somlaki, Poso, Timika kemana-mana, ke Kendari, Baubau, Parepare, Palopo, mending drop situ aja," ujarnya.
Sementara itu, terkait tarif sewa-menyewa kapal untuk tangki terapung atau floating storage pembawa Fatty Acid Methyl Ester (FAME) , Gandhi mengungkapkan belum tercapai kesepakatan, namun karena lokasi pengadaan berkapasitas 2x35.000 kl itu akan segera beroperasional, maka perusahaan akan menalangi pembiayaan terlebih dahulu.
Meski demikian, Gandhi menyebut, masing-masing BUBBN juga akan menanggung biaya sewa, dan bukannya dibiayai sepenuhnya oleh pertamina.
“Biaya pengelolaan kan itu ada cost ya, dibebankan rame rame. Nanti ketemu per liter fame yang disuplai ke situ, akan dikenakan charge berapa rupiah. Mereka kan punya tarif juga beberapa rupiah, tarif angkutan, dari bpdpks, itu dari biaya angkutannya itu ditarik sebagian untuk biaya itu. Jadi mereka tidak rugi, pertamina juga tidak rugi. Ini solusi paling bagus,”ungkapnya