Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pariwisata menargetkan devisa dari sektor pariwisata mencapai US$20 miliar pada 2019, atau tertinggi dibandingkan dengan target sektor lainnya. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI pun menyampaikan empat saran untuk mengejar target tersebut.
Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani menyampaikan, target devisa US$20 miliar pada 2019 masih agak berat untuk diraih.
Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani menyampaikan, target devisa US$20 miliar pada 2019 masih agak berat untuk diraih.
Pasalnya, berkaca pada 2018 target devisa US$17 miliar juga kemungkinan tidak tercapai. “Namun, target itu tentunya bisa diraih dengan kerja keras. Harus ada usaha yang luar biasa dari para stakeholder,” ujarnya, Minggu (6/1/2019).
Oleh karena itu, PHRI memberikan 4 poin saran yang dapat dilakukan untuk memacu devisa dari sektor pariwisata. Pertama, mengonversi program branding menjadi selling.
Menurut Hariyadi, pemerintah dan pelaku usaha cukup berhasil melakukan branding. Namun, penjualan produk pariwisata terbilang cukup sulit karena biaya iklan dan promosi cenderung terbatas.
Oleh karena itu, PHRI memberikan 4 poin saran yang dapat dilakukan untuk memacu devisa dari sektor pariwisata. Pertama, mengonversi program branding menjadi selling.
Menurut Hariyadi, pemerintah dan pelaku usaha cukup berhasil melakukan branding. Namun, penjualan produk pariwisata terbilang cukup sulit karena biaya iklan dan promosi cenderung terbatas.
"Tanpa pendanaan yang efektif akan susah untuk mendapatkan target itu [devisa US$20 miliar]. Perlu adanya anggaran untuk iklan dan sosialisasi dalam menjual produk-produk wisata," katanya.
Kedua, membuat program kerja sama dengan maskapai penerbangan. Adanya tambahan devisa tentunya berasal dari tambahan jumlah wisatawan mancanegara, yang mayoritas datang menggunakan pesawat.
Kerja sama dengan maskapai dapat dilakukan dengan melakukan promosi pariwisata di pesawat dan bandara, serta memberikan fasilitas terminal low-cost carrier (LCC).
Ketiga, mengoptimalkan jaringan promosi melalui diaspora dan generasi muda. Kemenpar sudah membentuk Generasi Pesona Indonesia (GenPI) untuk menyemarakkan parisiwisata di kalangan muda dan juga media sosial.
Namun, ada segmen yang belum tergarap yakni diaspora, yang memiliki jaringan kuat di suatu negara. Keberadaan diaspora menjadi salah satu peluang promosi pariwisata Indonesia.
Keempat, pembenahan destinasi wisata dalam hal kebersihan dan keamanan. Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama dengan pemerintah daerah.
Hariyadi menambahkan, salah satu tantangan dalam mendatangkan wisman ialah persoalan bencana. Hal ini dapat ditanggulangi dengan menonjolkan wisata-wisata alternatif di tempat lain.
“Misalnya di Bali jumlah wisman sampai 5 juta orang. Kalau Bali ada apa-apa, ini sangat memengaruhi jumlah kunjungan. Jadi wisata daerah lain juga dapat ditonjolkan,” imbuhnya.
Kerja sama dengan maskapai dapat dilakukan dengan melakukan promosi pariwisata di pesawat dan bandara, serta memberikan fasilitas terminal low-cost carrier (LCC).
Ketiga, mengoptimalkan jaringan promosi melalui diaspora dan generasi muda. Kemenpar sudah membentuk Generasi Pesona Indonesia (GenPI) untuk menyemarakkan parisiwisata di kalangan muda dan juga media sosial.
Namun, ada segmen yang belum tergarap yakni diaspora, yang memiliki jaringan kuat di suatu negara. Keberadaan diaspora menjadi salah satu peluang promosi pariwisata Indonesia.
Keempat, pembenahan destinasi wisata dalam hal kebersihan dan keamanan. Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama dengan pemerintah daerah.
Hariyadi menambahkan, salah satu tantangan dalam mendatangkan wisman ialah persoalan bencana. Hal ini dapat ditanggulangi dengan menonjolkan wisata-wisata alternatif di tempat lain.
“Misalnya di Bali jumlah wisman sampai 5 juta orang. Kalau Bali ada apa-apa, ini sangat memengaruhi jumlah kunjungan. Jadi wisata daerah lain juga dapat ditonjolkan,” imbuhnya.