Bisnis.com, JAKARTA - Berdasarkan hasil survei Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), sebanyak 66% masyarakat menyatakan pembatasan kendaraan dengan sistem ganjil genap pada penyelenggaraan Asian Games dan Asian Para Games pada Agustus s/d Oktober lalu dinilai berhasil mengurangi kemacetan di jalanan Ibu Kota. Sementara itu, 11% masyarakat menyatakan kebijakan tersebut tidak berhasil [lihat tabel 1].
Laporan LP3ES menyebut, penilaian terhadap keberhasilan kebijakan ganjil genap relatif konsisten ditunjukkan oleh masyarakat baik yang tinggal di daerah “spot” atau area kawasan ganjilgenap, non-spot, ataupun yang tinggal di kawasan penyangga di luar wilayah administrasi DKI Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Kebijakan ganjil genap dinilai sudah tepat oleh sebagian besar masyarakat (73,1%) untuk mengurangi kemacetan jalan-jalan ibukota. Selain itu, mayoritas publik DKI Jakarta dan sekitarnya juga setuju (72,3%) atau bahkan sangat setuju (8,6%) dengan penerapan pembatasan lalu lintas dengan sistem ganjil genap ini.
"Sebagian besar masyarakat (62,4%). Penerapan sistem ganjil genap di waktu tertentu pagi dan sore hari seperti yang berlaku saat ini dianggap lebih efektif dibandingkan sistem ganjil-genap berlaku sepanjang hari seperti pada saat penyelenggaran Asian Games dan Asian Para Games 2018," tulis laporan tersebut yang diketuai Lya Anggraini sebagai Ketua Tim Peneliti Kebijakan Ganjil Genap, Sabtu (22/12/2018).
Mayoritas masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya meyakini bahwa kebijakan ganjil genap memiiki dampak positif dalam mengurangi kemacetan (73%), mengurangi polusi udara (58%), dan menambah kecepatan rata-rata berkendara (65%).
Hal ini dinyatakan oleh sebagian besar masyarakat (73,1%) yang beranggapan bahwa kebijakan ini sudah tepat untuk mengurangi kemacetan jalan-jalan ibukota.
"Pandangan ini terbagi secara konsisten di antara mereka yang tinggal di daerah spot/area jalur ganjil genap, non spot dan juga daerah penyangga. Demikian juga jika didasarkan pada kepemilikan kendaraan." tulisnya.
Di antara mereka yang setuju, mayoritas masyarakat (93%) juga setuju jika kebijakan pembatasan lalu lintas dengan sistem ganjil-genap ini diberlakukan secara permanen untuk mengatasi masalah kemacetan ibukota [lihat tabel 2].
Sebagian besar masyarakat (62,4%) menganggap penerapan sistem ganjil genap di waktu tertentu pagi dan sore hari seperti yang berlaku saat ini dianggap lebih efektif dibandingkan sistem ganjil-genap berlaku sepanjang hari seperti pada saat penyelenggaran Asian Games dan Asian Para Games 2018.
Survei dilakukan di lima wilayah DKI Jakarta dan daerah penyangga yaitu Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Total sampel adalah 1000 orang, terdiri atas responden masyarakat (n=900) dan pelaku retail di mal dan pasar (n=100).
Margin of error sebesar +/- 3,3% untuk responden masyarakat, dan +/- 9,8% untuk responden pelaku retail; pada tingkat kepercayaan 95%. Pengumpulan data dilakungan pada tanggal 1 hingga 10 Desember 2018 melalui metoda wawancara tatap muka.
Tabel 1: Ganjil Genap Berhasil atau Tidak?
Responden | Sangat Berhasil | Berhasil | Biasa Saja | Tidak Berhasil | Sangat Tidak Berhasil | Total |
Spot | 6,7% | 67,8% | 13,9% | 11,1% | 0,6% | 100,0% |
Non Spot | 9,4% | 65,3% | 11,1% | 14,3% | 0,0% | 100,0% |
Penyangga DKI | 2,4% | 68,7% | 21,7% | 6,8% | 0,4% | 100,0% |
Total | 6,9% | 66,7% | 14,6% | 11,6% | 0,2% | 100,0% |
Tabel 2: Ganjil Genap Diberlakukan Permanen
Sangat Setuju | Setuju | Ragu-ragu | Tidak Setuju | Sangat Tidak Setuju | Tidak Tahu/Tidak Jawab |
14,7%` | 78,3% | 3,6% | 3,0% | 0,1% | 0,3% |
Sumber: LP3ES, 2018