Bisnis.com, JAKARTA--Kementerian Perindustrian telah menetapkan program kerja dan beberapa target untuk tahun depan.
Dalam Jumpa Pers Akhir Tahun 2018 di Kementerian Perindustrian, Rabu (19/20/2018), Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan industri non-migas diproyeksikan tumbuh 5,4% pada 2019.
Sektor-sektor yang diproyeksikan tumbuh tinggi, di antaranya industri makanan dan minuman sebesar 9,86%, permesinan sebesar 7%, tekstil dan pakaian jadi sebesar 5,61%, serta kulit barang dari kulit dan alas kaki sebesar 5,40%.
“Kami juga memacu di sektor kimia, dengan menggenjot produksi olefin dari methanol di Kawasan industri Teluk Bintuni, Papua Barat dengan nilai investasi US$2,6 Miliar yang ditargetkan dapat berproduksi dengan kapasitas 2 juta ton per tahun dan mulai beroperasi 2021,” ujarnya.
Selain itu, di klaster Cilegon akan menghasilkan naphtha cracker dari dua perusahaan, yakni Chandra Asri Petrochemical dan Lotte Chemical dengan total kapasitas mencapai 4,5 juta ton per tahun yang akan mulai beroperasi secara bertahap pada 2019 hingga 2023.
Pada tahun 2019, sektor IKM juga ditargetkan menghasilkan 5.000 wirausaha baru, mengikutsertakan 5.000 IKM dalam program e-Smart IKM dan 20 pesantren dalam program Santripreneur. Pemerintah juga akan semakin gencar melaksanakan program pendidikan dan pelatihan vokasi dalam meningkatkan kompetensi sumber daya manusia.
Dengan anggaran sebesar Rp1,78 triliun, Kemenperin menyelenggarakan pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi menuju dual system, serta membangun politeknik atau akademi komunitas di Kawasan industri.
“Misalnya, yang sedang kami fasilitasi, antara lain pembangunan politeknik industri petrokimia di Cilegon dan politeknik industri agro di Lampung. Selain itu meluncurkan program Link & Match antara SMK dan industri di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan target melibatkan 2.600 SMK dan 750 industri,” kata Airlangga.
Kemudian pelaksanaan program diklat 3 in 1 untuk 72.000 orang, pembangunan kompetensi dan sertifikasi kompetensi, dan pembangunan SDM industri dalam mengantisipasi era industri 4.0.
“Dalam penerapan roadmap Making Indonesia 4.0, Kemenperin sedang merumuskan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index atau INDI 4.0 pada 2019,” tambahnya.
Lebih lanjut, dengan terpilihnya Indonesia menjadi Official Partner Country di Hannover Messe 2020, Kemenperin akan berkesempatan memperkenalkan roadmap Making Indonesia 4.0 serta mendorong investasi di bidang manufaktur dan pengembangan infrastruktur digital.